#Terima Kasih Atas Kunjungan Anda di Blog Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam LALIMPALA Univ. Tadulako Palu Sulawesi Tengah-Indonesia# Selamatkan Bumi Indonesia hari ini dan mulai dari lingkungan kita sendiri#Save Our Earth

Rabu, 18 Februari 2009

Alam Panjat Tebing


Olah rag a panjat tebing yang populer di kalangan remaja sebagai olah raga panjat dinding pada akhir-akhir ini menjadi sangat populer dan banyak diminati oleh para remaja generasi muda kita. Hal ini tampak dari semakin seringnya diselenggarakan kejuaraan sejenis, baik yang dilakukan di sekolah sebagai kegiatan ekstra kurikuler yang digemari maupun yang diselenggarakan oleh para mahasiswa pecinta alam sebagai salah satu kegiatan integrasi antara mahasiswa dan pelajar sekolah lanjutan. Olah raga panjat dinding telah menjadi “trend” yang digemari dan dijadikan olah raga tantangan bagi para generasi muda.

Di samping itu, olah raga yang penuh tantangan dan harus dilakukan dengan keberanian dan ketrampilan ini ternyata mampu menjadi olah raga alternatif bagi para generasi muda kita, untuk menyalurkan energi mereka pada kegiatan yang positif dan konstruktif. Olah raga panjat tebing memiliki seperangkat nilai positif yang harus kita kembangkan terus, antara lain pembentukan watak dan karakter, mengokohkan kepribadian, memupuk jiwa sportif, sederhana, patriotis dan penuh semangat juang, serta merupakan penyaluran bakat dan prestasi.

Olah raga keras seperti panjat tebing ini mengandung beberapa nilai positif unruk pembinaan kepribadian. Nilai tersebut dibutuhkan dalam mengembangkan kepribadian bagi penyiapan sumber daya manusia untuk pembangunan. Nilai tersebut antara lain :

· Pembinaan disiplin diri
· Dapat memupuk semangat dan jiwa kompetisi yang sehat
· Mendidik pribadi yang kuat, ulet, dan tidak kenal menyerah
· Membina kemampuan fisik yang prima
· Membina persatuan dan kesatuan
· Membangkitkan rasa cinta tanah air
. Menuntut kemampuan teknis khusus, sehingga harus mengikuti perkembangan teknologi
· Meningkatkan sumber daya manusia

Dibandingkan dengan olah raga lainnya, panjat tebing termasuk sangat khas. Untuk bisa melakukan olah raga ini tidak cukup hanya mengandalkan fisik dan mental yang sempurna, namun kita juga perlu peralatan yang memadai untuk tetap menjamin keselamatan selama memanjat.
Perkembangan kegiatan panjat tebing di Indonesia adalah merupakan perwujudan nyata dari dinamika pemuda Indonesia yang dengan sadar menghimpun dirinya dalam organisasi-organisasi induk kegiatan pemanjat tebing dan pendaki gunung sesuai dengan jenis dan fungsinya dengan tujuan akhir mencapai cita-cita berlandaskan falsafah negara Pancasila.

Pemerintah sendiri selalu mendorong dan memberikan motivasi serta menciptakan iklim yang kondusif agar olah raga panjat tebing dapat berkembang dengan pesat, karena dengan demikian kita telah berupaya membina dan mengembangkan kegiatan olah raga pecinta alam agar dapat meluas dan merata ke seluruh tanah air. Diselenggarakannya kegiatan panjat tebing dengan menggunakan dinding buatan memungkinkan masyarakat luas di perkotaan dapat menikmati atraksi penampilan para pemanjat tebing, dengan demikian akan dapat memberikan dampak langsung dalam memperluas minat remaja kepada olah raga ini.

Selasa, 03 Februari 2009

Dua Hari Hilang di Merapi

5 Mahasiswa UGM Kelaparan, 1 Orang Patah Tulang

Tersesat di Merapi, Mahasiswa UGM Selamat !
Magelang - Enam mahasiswa UGM Yogyakarta yang tersesat dua hari di Gunung Merapi ditemukan dalam kondisi selamat. Namun, kondisi mereka cukup memprihatinkan. Lima orang dalam kondisi kelaparan, seorang lainnya mengalami patah tulang kaki dan kanan.
Korban yang pertama kali ditemukan adalah Zuhri Habibullah (18), yang ditemukan oleh Rusmanto (34) penduduk Desa Gowok Sabrang. Zuhri ditemukan setelah tergelincir dari bukit ke Sungai Kali Tringsing.

"Saat ditemukan, dia terkapar di tepian kali yang kebetulan dekat dengan jalan setapak. Dia lalu diselamatkan dengan cara ditandu dengan menggunakan batang pohon," kata Rusmanto saat ditemui detikcom di RSUD Muntilan, Kabupaten Magelang Jawa Tengah, Selasa (3/2/2009).
Setelah sampai di pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan sekitar pukul 10.00 WIB, Zuhri langsung dilarikan ke RSUD Muntilan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sampai di RSUD Muntilan, Zuhri langsung masuk ke UGD RSUD Muntilan dan menjalani perawatan.

Setelah itu, kelima pendaki lainnya ditemukan. Mereka adalah Fachrul Rozi (18), Ikrar Reza (19), Rizky Al Ikhlas (18), Prima Yudha (18) dan Zangga (18). Mereka yang merupakan mahasiswa Fakultas Teknik itu dalam kondisi lemas dan kelaparan.
Kelima pendaki ini ditemukan oleh Kirun (35), salah satu penduduk yang sedang mencari rumput di sebelah barat puncak Gunung Merapi. "Saat itu saya sedang mencari rumput di sebelah barat kaki Gunung Merapi. Tiba-tiba ada rombongan pendaki yang sedang datang dengan tergopoh-gopoh. Dia mengeluh minta tolong tersesat dan minta makanan karena kelaparan," tegas Kirun (37) kepada detikcom.
Begitu melihat kondisi kelima pendaki pucat dan lemas, akhirnya Kirun bersama Rukardi meminta pertolongan ke penduduk lainnya. Dengan dinaikkan sepeda motor, kelima pendaki kemudian dievakuasi ke Pos Pengamatan Gunung Merapi Desa Babadan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.

Kelima mahasiswa UGM itu sekitar pukul 12.45 WIB dipertemukan dengan Zuhri di UGD RSUD Muntilan oleh tim SAR Yogyakarta. Suasana haru mewarnai pertemuan mereka. Usai sadar dari pingsannya, Zuhri angsung mengeluarkan air mata saat bertemu kelima temannya. Dia merasa bersyukur kelima temannya selamat. Sementara kelima pendaki itu langsung dibawa ke Yogyakarta setelah mendapat penanganan medis. Sedangkan Zuhri masih harus dirawat intensif.

Tidak Melapor

Para mahasiswa UGM ini mulai mendaki Merapi pada Sabtu lalu. Namun, diduga mereka tidak melapor terlebih dulu ke Pos Pengamatan dan Pendakian Merapi di Pos Selo, Yogyakarta. "Sempat lapor nggak yah? Siapa yang lapor yah? Sempat ada orang penjual suvenir yang tahu," tegas Zuhri, salah seorang pendaki.
Namun, Zuhri tidak menjelaskan apakah rombongannya mampir dan masuk ke pos pendakian Selo lebih dulu dan absen sebagai tanda melapor di pos pengamatan Merapi dan Pendakian Pos Selo, Yogyakarta atau tidak. Zuhri mengaku bahwa kegiatan pendakian itu dilakukan dalam rangka syukuran salah satu temanya. Tidak acara resmi yang dilakukan oleh kampus UGM.
Menurut Zuhri, dirinya dan teman-temannya tiba di Pasar Bubar pada Sabtu malam, lantas mendirikan tenda karena hujan lebat. Usai hujan lebat, Minggu pagi, mereka melanjutkan perjalanan ke Puncak Garuda yang merupakan puncak pendakian.
"Dengan membawa bekal hanya satu botol aqua, kami naik menuju ke Puncak Garuda. Kami optimistis, sebab tidak terjadi hujan dan kabut tidak begitu tebal. Paling tidak dalam waktu dua sampai tiga jam kami optimis akan sampai di Puncak Garuda," tegas Zuhri.

Namun, sesampai di Puncak Garuda, tiba-tiba kabut menebal dan hujan disertai angin kencang datang tiba-tiba. Akhirnya mereka kebingungan untuk turun dan saat itulah tidak tahu berada di posisi mana.
"Saat itulah saya berinisiatif untuk memisahkan diri mencari pertolongan ke penduduk desa setempat. Namun, saya malah tergelincir dan tidak sadarkan diri. Tahu-tahu ditemukan penduduk setempat," tegas Zuhri(asy/asy).

Sumber "Parwito - detikNews"