#Terima Kasih Atas Kunjungan Anda di Blog Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam LALIMPALA Univ. Tadulako Palu Sulawesi Tengah-Indonesia# Selamatkan Bumi Indonesia hari ini dan mulai dari lingkungan kita sendiri#Save Our Earth

Jumat, 30 Desember 2011

OBJEK WISATA TOJO UNA - UNA SULAWESI TENGAH

Kabupaten Tojo Una‐Una sebelumnya merupakan bagian Kabupaten Poso yang dimekarkan berdasarkan Undang‐Undang No. 32 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003 dan peresmiannya dilaksanakan di Jakarta oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia pada tanggal 7 Januari 2004 bersamaan dengan 24 kabupaten lainnya di mekarkan saat itu. sehingga dipropinsi sulawesi tengah, kabupaten ini masih tergolong muda.

The Beauty of Vatu Ndalepa Galuga Cave










Wilayah Kabupaten Tojo Una‐Una terdiri atas wilayah daratan dan wilayah kepulauan dengan luas wilayah daratan 5.721,51 km2 atau 572.151 Ha dan luas laut 3.566,21 km2, dengan panjang pantai + 951,115 km yang mana wilayah daratan terdiri dari 5 (lima) Kecamatan yakni Kecamatan Tojo, Kecamatan Tojo Barat, Kecamatan Ulubongka, Kecamatan Ampana Kota dan Kecamatan Ampana Tete serta wilayah kepulauan terdiri dari 4 kecamatan yang terdiri dari Kecamatan Una – Una, Kecamatan Togean, Kecamatan Walea Kepulauan dan Kecamatan Walea Besar.
Dengan luas wilayah dan kondisi geografis yang lengkap, kabupaten ini memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. sehingga kabupaten ini memiliki potensi-potensi sumber daya alam yang menjadi daya tarik bagi investasi-investasi dibidang lingkungan, penelitian dan wisata alam. Berdasarkan potensi sumber daya alamnya, maka Mahasiswa Pecinta Alam LALIMPALA FKIP Universitas Tadulako berencana melakukan beberapa ekspedisi yang kemudian diharapkan akan menyumbang gagasan dan pola pengelolaan yang berbasis lingkungan. Sebelum rencana ekspedisi tersebut dilaksanakan, kami coba berbagi informasi dari beberapa lokasi hasil disurvey awal oleh Tim ekspedisi yang akan menggambarkan tentang beberapa potensi wisata alam di kabupaten Tojo Una-una.

Vatu Ndalepa Galuga Cave oleh: Ajin/Disbudpar Tojo Unauna









• Lokasi Wisata Pasir Putih Matako

Pantai pasir putih Matako terletak di desa Matako Kecamatan Tojo Barat. Jarak objek wisata ini sekitar 100 Km dari Ibukota Kabupaten Tojo Una‐Una sementara dari Poso berjarak 20 Km, pantai ini memiliki pasir putih yang bersih, kita dapat menikmati mandi matahari sepuas‐puasnya serta berenang di laut yang masih alami dan bersih sambil melihat panorama bawah laut yang dihiasi terumbu karang yang beraneka ragam jenis. Objek ini sangat cocok bagi wisatawan peminat atraksi snorkeling.

• Lokasi Wisata Goa Tua Mulangke


Objek ini terletak di desa Tombiano (Ibukota Kecamatan Tojo Barat), Goa ini terletak dihutan Tropis yang masih alami dan sangat menarik untuk melihat‐lihat kehidupan Goa yang dihuni oleh ribuan kelelawar. Dinding‐dinding Goa yang terbentuk dari batu‐batu cadas menambah indahnya pemandangan disepanjang Goa Mulangke. Selain itu pengunjung dapat mendengarkan cerita rakyat tentang sejarah Goa ini sehingga di beri nama TOU MULANGKE

Stalactit and Stalacmit at Molangke Cave

• Lokasi Wisata Air Terjun Toliba

Objek ini teretak di desa Toliba Kecamatan Tojo Barat, objek wisata ini dikelilingi oleh hutan tropis yang masih asli dengan air terjun yang indah. Objek wisata ini sangat cocok untuk melakukan pengamatan burung diantaranya adalah burung Alo dan sekaligus menikmati keindahan panorama alam disekitar air terjun yang indah dan unik menjadi ciri khas tersendiri objek wisata ini.

• Lokasi Wisata Air Panas Marowo

Objek Wisata ini secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Ulubongka, kita dapat mengunjungi objek wisata ini dari Ibukota Kabupaten Tojo Una‐Una (Ampana Kota) dengan menggunakan mobil selama 40 menit. Objek wisata ini sangat cocok untuk rekreasi bersama keluarga sambil mandi air panas, bahkan menurut cerita masyarakat setempat jika mandi dengan air panas dapat menyembuhkan penyakit kulit. Objek wisata ini satu‐satunya tempat permandian yang memiliki air panas dan air dingin yang alami.

• Lokasi Wisata Pantai Pasir Putih Keke

Objek ini terdapat di Kelurahan Malotong Kecamatan Ampana Kota yang memiliki pasir putih indah dan sangat cocok untuk mandi matahari, selain itu pada saat air surut kita dapat berjalan sampai sekitar 1 (satu) Km dari garis pantai. Objek ini memiliki terumbu karang yang memiliki dinding serta tubir terumbu karang yang indah yang dihuni berbagai jenis ikan karang, sehingga menarik dan unik untuk dinikmati oleh para wisatawan yang akan berenang maupun menyelam.

• Lokasi Wisata Air Jatuh Sansarino

Air Jatuh/Terjun Sansarino juga merupakan salah satu objek wisata yang menarik untuk di nikmati bagi wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Tojo Una‐Una, tepatnya terdapat di desa Sansarino kecamatan Ampana Kota. Objek wisata ini memiliki air terjun yang deras dan bersih serta dikelilingi oleh hutan tropis yang masih asri.

• Lokasi Wisata Tanjung Api

Tanjung Api adalah nama kawasan suaka alam yang terdapat di Kabupaten Tojo Una – Una. Tanjung Api merupakan tempat keluarnya Gas Alam Pijar dari dalam bumi, yang mana jumlah potensinya belum diketahui sehingga perlu penelitian lebih lanjut. Lokasi Tanjung Api berjarak + 12 km dari Ampana ke arah Timur atau pada koordinat 00 48’ 05” LS dan 1210 39’10” BT. Untuk mencapai tempat ini dapat dilakukan dengan menggunakan perahu bermesin tempel atau dapat juga berjalan melintasi kawasan hutan. Kawasan Cagar Alam Tanjung Api juga merupakan tempat penelitian jenis flora dan fauna.

• Lokasi Wisata Permandian Malotong

Permandian Alam Malotong memiliki air yang sangat sejuk dan jernih yang terletak di Kecamatan Malotong Kecamatan Ampana Kota. Dewasa ini permandian Malotong menjadi tempat wisata bagi masyarakat lokal yang ada di Ampana Kota dan sekitarnya. Permandian Malotong sangat tepat untuk mengisi waktu libur dengan keluarga. Untuk berkunjung dilokasi wisata ini, kita dapat menggunakan Bendi (salah satu alat transportasi yang menggunakan pedati di tarik oleh Kuda). Permandian ini terdapat pasir putih yang indah dan cocok untuk mandi matahari serta olah raga Voli pantai.

• Lokasi Wisata Sungai Bongka
Sungai Bongka terletak di Kecamatan Ulubongka Kabupaten Tojo Una-una Sulawesi Tengah. Dikawasan hulu, sungai ini sesungguhnya melintasi kabupaten Morowali dan Banggai, debit dan arus sungai ini cukup deras hal ini disebabkan kondisi kawasan Hulu sungai yang masih perawan, dimana kawasan itu meliputi Hutan Lindung mencapai 135.842 Ha (41.5 %), Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata 57.620 (17,6 %), dan areal hutan lainnya. Daerah aliran sungai Bongka ini sesungguhnya berpotensi untuk dikembangkan sebagai Objek wisata petualangan ,khususnya arung jeram. Bagi peminat olahraga arung jeram Sungai Bongka ini sangat strategis dan menantang dengan tingkat kesulitan relatif berat. Dimana aliran sungai yang sangat deras ditambah variasi jeram dengan berbagai ketinggian dan bentuknya akan menguji keterampilan para pengarung jeram. Selain itu kawasan ini juga memiliki daya tarik berupa panorama alam yang indah disertai aneka flora fauna yang ada di kawasan sepanjang sungai ini, Hal menarik lain bahwa di sekitar Sungai Bongka terdapat pemukiman masyarakat adat Tau Taa Wana yang sekaligus memungkinkan pula menyaksikan kehidupan sosial budaya masyarakat adat Ta'a sambil menikmati kesenian tradisional yang masih tetap dipertahankan oleh masyarakt adat Ta'a dewasa ini. Di waktu tertentu kita bisa menyaksikan bagaimana mereka mengarungi sungai deras ini dengan menggunakan rakit bambu sambil mengarahkan rotan yang akan mereka jual ke kota. Iklim di Kawasan hulu sungai Bongka dapat diklasifikasikan menurut iklim Oldeman, yakni klasifikasi iklim C2, dimana keadaan curah hujan dengan bulan basah selama 5± 6 bulan dan bulan kering 2 ± 3 bulan. Curah hujan rata-rata minimum pada bulan basahberkisar 200 mm/bulan, dan bulan kering rata-rata maksimum 100 mm/bulan.
Objek wisata ini sangat potensial untuk atraksi arung jeram, bagi peminat arung jeram sungai Bongka ini sangat strategis dan menantang dengan tingkat kesulitan relatif berat, selain arung jeram wisatawan juga dapat menikmati atau melakukan pengamatan kehidupan burung Maleo yang merupakan maskot Tojo Una‐Una dan merupakan hewan endemik di Sulawesi. Hal menarik lainnya bahwa disekitar sungai bongka terdapat pemukiman masyarakat adat Ta’a, olehnya mengunjungi sungai Bongka sekaligus memungkinkan pula menyaksikan kehidupan sosial masyarakat adat Ta’a interaksinya terhadap hutan dan menikmati kesenian tradisional Tau Ta’a yang masih tetap dipertahankan oleh adat Ta’a dewasa ini.

• Lokasi Wisata Dataran Bulan
Dataran Bulan terletak di dataran tinggi kecamatan Ampana Tete, daerah ini sangat cocok untuk atraksi trekking sambil menikmati panorama alam yang didominasi oleh hutan tropis serta dapat melakukan pengamatan berbagai jenis satwa liar disekitar hutan dataran Bulan. Selain itu wisatawan yang berkunjung didataran bulan juga dapat melihat kehidupan tradisional masyarakat adat Wana yang merupakan salah satu suku di Kabupaten Tojo Una‐Una sampai saat ini masih tetap dipertahankan adat istiadat dan budayanya. Wisatawan dapat menyaksikan berbagai kegiatan berupa upacara adat, kesenian tradisional, cara bercocok tanam termasuk berbagai kerajinan tangan (Handy Craft) yang dapat di jadikan Souvenier.

• Lokasi Wisata Pulau Malenge
Pulau Malenge berada pada koordinat 0o14’40” LS dan 1220 06’ BT sampai 0o 17’ LS dan 1220 02’ BT. Kondisi perairan cukup unik dengan kedalaman 5 – 35 m, temperatur udara 310C dengan kondisi terumbu karang yang sangat bervariasi yang didominasi oleh hard coral pada kedalaman 4 – 8 m.

• Lokasi Wisata Pulau Kadidiri
Pulau Kadidiri merupakan salah satu pulau di gugusan Kepulauan Togean. Menuju pulau ini dapat selama 3 – 4 jam dengan menggunakan speed boad. Posisi Pulau Kadidiri berada pada 00 21’ 30” LS dan 1210 50’ 34” BT dengan temperatur air 30 – 31 derajat Celsius dengan kedalaman perairan 3 – 40 m. Kondisi karang didominasi oleh hard coral yang masih alami dan terjaga.

• Lokasi Wisata Pulau Una–Una
Kondisi karang di Pulau Una – Una tidak jauh berbeda dengan pulau – pulau lainnya di Kepulauan Togean. Pulau Una – Una terletak pada koordinat 011’ 01” LS dan 1210 33’49” BT dengan jarak pandang perairan 10 – 15 m. Kondisi terumbu karang didominasi oleh hard coral sebanyak 55 %. Keaneka ragaman biota dan jernihnya air laut membuat pulau ini sangat digemari wisatawan untuk wisata bawah air.

• Lokasi Wisata Pulau Anam
Keberadaan Pulau Anam dengan gugusan Kepulauan Togean dapat memberikan alternatif bagi wisatawan dalam menentukan lokasi wisatanya. Di pulau ini salah satu yang menonjol dan dapat dinikmati yaitu keindahan dasar lautnya yang mempunyai hamparan karang di seluruh permukaan laut. Pulau Anam berada pada koordinat 00 25’ 50” LS dan 1210 58’ 50” BT.

• Lokasi Wisata Pulau Pangempa
Pulau Pangempa terdapat di desa Katupat Kecamatan Togean, objek ini dapat di kunjungi dengan menggunakan publik Boat dari Ampana langsung desa Katupat. Pulau Pangempa memiliki hamparan terumbu karang yang luas dan masih asli yang dihuni berbagai jenis ikan karang. Wisatawan peminat snorkkeling dan menyelam pulau Pangempa sangat cocok untuk menghabiskan waktu berlibur. Pulau Pangempa juga sangat cocok untuk melakukan pengamatan kehidupan Ketang Kenari (Coconout Craft) pada malam hari dari tempat ini pula wisatawan dapat mengunjungi pula objek wisata pantai pasir putih Karina, Pulau Bolilanga, Jembatan Bakau, dan juga melihat Pembuatan Gula Merah (Gula Aren) secara tradisonal.

• Lokasi Wisata Tanjung Keramat
Tanjung Keramat secara adminstratif masuk dalam wilayah desa Kondongan Kecamatan Walea Besar, objek ini memiliki potensi sumber daya alam berupa terumbu karang yang sangat bagus dan lengkap yang dihuni berbagai jenis ikan karang. Objek ini merupakan salah satu Spot terbaik di kepulauan Togean untuk atraksi Snorkkeling dan Menyelam. Objek wisata ini pula memiliki pantai berpasir putih yang bersih dan indah untuk rekreasi dan mandi matahari sambil menikmati keindahan alam disekitar pantai. Wisatawan yang berkunjung di tempat ini dapat menggunakan publik Boat dari Pagimana langsung desa Kondongan dengan waktu tempuh 4 jam atau juga dapat di kunjungi dari Gorontalo atau Ampana transit di desa Dolong dan selanjutnya menggunakan motor Boat menuju Tanjung Keramat selama 1 (satu) jam.






Senin, 12 Desember 2011

SEVEN SUMMITEERS PERTAMA UNTUK INDONESIA


Pendakian 7 puncak ( The Seven Summits) benua adalah sebuah pendakian prestisus di dunia pendakian internasional. Dengan mendaki ke tujuh puncak benua yang terdiri dari Carstensz Pyramid (4.884 mdpl) di Indonesia, Kilimanjaro (5.895 mdpl) di Afrika, Elbrus (5.642 mdpl) di Rusia, Vinson Massif (4.889 mdpl ) di Antartika, Aconcagua (6.962 mdpl) di Argentina, Everest (8.848 mdpl) di Nepal dan Denali (6.194 mdpl) di Alaska maka secara otomatis pendaki tersebut akan mendapatkan julukan sebagai The Seven Summiteers sebuah sebutan yang disepakati secara internasional bagi mereka yang berhasil mencapai 7 puncak.

Sejarah dunia mencatat seorang Richard “Dick” Bass, pemilik Snowbird Ski Resort, Utah, Amerika Serikat berhasil menggenapi pendakian The Seven Summits pada tanggal 30 April 1985 dengan Puncak Everest (8.848 mdpl) sebagai penutupnya dan berhasil menciptakan dirinya menjadi The Seven Summiteers pertama di dunia.

Lalu bagaimanakan dengan Indonesia ? Sebagi pemilik salah satu puncak The Seven Summits seharusnya Indonesia memiliki Seven Summiteers. Usaha mencapai gelar ini dimulai oleh (Alm) Norman Edwin dari Mapala Universitas Indonesia. Tetapi langkahnya harus terhenti di Aconcagua (6.962 mdpl) ketika jenasahnya ditemukan di gunung tersebut bersama jenasah (Alm) Didiek Samsu juga dari Mapala Universitas Indonesia. Sejak musibah ini terjadi pendakian untuk menggapai gelar The Seven Summiteer bagi Indonesia bagai hilang begitu saja.

Hingga akhirnya di awal tahun 2009, Mahitala Unpar berhasil mencapai Carstenzs Pyramid pada tanggal 23 dan 26 Febuari 2009. Maka Tim Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU) dengan Sofyan Arief Fesa (28), Xaverius Frans (24), Broery Andrew Sihombing (22), dan Janatan Ginting (22) sebagai pendakinya akan segera mendaki 6 puncak lainnya hingga tanggat waktu 2011.

Carstensz Pyramid, Papua, Indonesia (4.884 mdpl) – Piramidanya Indonesia

Bersama tujuh pendaki Mahitala Unpar, keempat pendaki ISSEMU berhasil mencapai puncak Carstensz Pyramid pada tanggal 23 dan 26 Febuari 2010. Puncak Carstenzs yang kerap diselimuti kabut menjadi sebuah saksi bisu bahwa perhelatan pendakian Seven Summitsnya ISSEMU sudah dimulai.

Pendakian menuju Puncak Carstensz Pyramid dilakukan melalui jalur normal (atau sering disebut juga sebagai Harrer’s Route). Pendakian di jalur normal akan selalu dimulai dari Lembah Danau-Danau atau Lembah Kuning sebagai pemilihan Basecamp. Selepas dari Basecamp Lembah Kuning, pendaki harus mendaki vertikal ke arah Teras Kecil dan disambung pendakian vertikal menuju Teras Besar.

Setelah itu tim akan segera tiba di punggungan puncak (summit ridge). Di summit ridge ini pendaki ISSEMU harus melewati jurang besar yang membentang sepanjang +/- 15 meter. Melewati jurang ini diperlukan peralatan pendakian yang lebih lengkap dari sebelumnya dan mengunakan teknik penyeberangan tyrolean di mana setiap orang harus bergantung di seutas tali yang membentang secara horisontal dan menyeberangi tali tersebut selayaknya pasukan komando yang sedang mengendap-endap. Dari sini perjalanan menuju puncak tertinggi hanya perlu melewati 2 jurang yang memiliki bentangan hanya kira-kira satu setengah meter sehingga para pendaki dapat lebih mudah mencapai puncak.

Selain Puncak Carstenzs Pyramid, Mahitala Unpar juga berhasil mendaki 8 puncak Pegunungan Sudirman yang membentang dari barat ke timur. Proses pertama pencapaian puncak pertama ini Mahitala Unpar boleh berbangga hati karena diantara kesebelas puncak yang berhasil didaki, 4 diantaranya belum pernah didaki oleh siapapun juga (first ascend). Kedelapan puncak yang berhasil diraih oleh Mahitala Unpar antara lain : Puncak Idenburg (4.730 mdpl), Puncak Merah Putih (4.284 mdpl), Puncak Garuda (4.613 mdpl), Puncak Mahitala (4.610 mdpl), Puncak Unpar (4.523 mdpl), Puncak Jaya atau Soekarno (4.862 mdpl), Puncak Sunday Peak, dan Puncak Carstensz Timur.

Kilimanjaro, Tanzania, Afrika (5.895 mdpl) – Napak Tilas Zaman Purba Kilimanjaro

Pendakian akhirnya dilanjutkan menuju puncak tertinggi di Benua Afrika yakni Kilimanjaro. Untuk mendaki Kilimanjaro, Tim Pendaki ISSEMU sudah menentukan rute mana yang akan mereka jalani hingga menuju Puncak Uhuru (nama lain dari puncak tertinggi Kilimanjaro). Untuk menuju Puncak Kebebasan (Uhuru = Kebebasan) para pendaki dapat secara bebas memilih sekian banyak dari rute yang tersedia. Rute-rute menuju puncak tertinggi dibagi menjadi lima, yaitu : Marangu, Machame, Shira, Umbwe, Rongai, dan Mweka. Pada tahun 2007, Mahitala Unpar sempat melakukan sebuah ekspedisi pendakian di Kilimanjaro ini dengan menempuh rute Marangu yang terkenal dengan kelengkapan fasilitasnya dibandingkan rute-rute yang lain. Dengan alasan itulah Tim Pendaki ISSEMU menetapkan pilihan pada rute yang dirasa lebih menantang dan lebih unik.

Pilihan rute menuju puncak akhirnya jatuh pada Rute Machame. Di rute ini para pendaki tidak akan bertemu dengan mini shop, ruang tidur (hut) dan ruang makan seperti halnya yang kerap ditemui di Rute Marangu. Untuk urusan tidur pun mereka harus bermalam di dalam tenda hingga menuju Puncak. Rute Machame adalah rute terindah diantara seluruh rute yang ada. Opini ini setidaknya dikuatkan oleh buku yang berjudul Kilimanjaro: Africa’s Beacon terbitan Taman Nasional Tanzania tahun 2004. Di buku itu juga ditulis bahwa dengan menusuri Rute Machame maka para pendaki seakan melakukan napak tilas pada zaman purba Gunung Kilimanjaro.

Dengan segala macam bentangan alam yang menghadang, maka akhirnya Tim Pendaki ISSEMU berhasil menggapai Puncak Uhuru tepat pada tanggal 10 Agustus 2010 pk. 10.20 waktu setempat atau pk. 14.00 WIB. Tim Pendaki ISSEMU memulai summit day mereka dengan berjalan pada pk. 04.00 waktu setempat dari Arrow Glacier Camp (4.868 mdpl) dengan melewati Great Western Branch, sebuah kubah batu masif yang merupakan jalur alternatif tersulit menuju ke Puncak Uhuru. Perubahan jalur ini dilakukan malam sebelumnya ketika para pendaki ISSEMU mengusulkan untuk mencoba jalur yang lebih sulit kepada pihak Bobby Tours yang menjadi agen perjalanan mereka di Kilimanjaro. Perubahan jalur ini bukanlah tanpa alasan. Dengan mencoba kenaikan elevasi yang sedikit lebih tinggi, diharapkan para pendaki ISSEMU menguji ketahanan fisik mereka terhadap ancaman penyakit ketinggian. Sehingga dari sini Tim Pendaki ISSEMU mendapatkan hasil evaluasi untuk pendakian gunung-gunung selanjutnya yang akan semakin berat medannya.

Elbrus, Rusia (5.642 mdpl) – Terciptanya Indonesian Route di Sisi Utara Elbrus

Setelah berhasil mencapai Puncak Uhuru yang merupakan puncak tertinggi di Benua Afrika, Tim Pendaki ISSEMU segera melanjutkan pendakiannya menuju Negeri Beruang Merah, Rusia. Pendakian kali ini memang direncanakan secara estafet tanpa harus kembali dahulu ke Tanah Air. Selain meminimalisir budget, pendakian simultan seperti ini akan menjadi sebuah hal positif bagi para pendaki karena semakin lama di ketinggian maka semakin terbiasalah pendaki dengan ketinggian tersebut.

Negeri tempat dilahirkannya para pecatur andal ini memiliki gunung tertinggi yang hampir seluruhnya tertutup dengan salju. Dengan 2 puncak yang hampir sama tinggi (Puncak Timur dan Barat), Elbrus memberikan tantangan tersendiri bagi para pendaki kelas dunia. Mahitala Unpar sendiri pernah berkesempatan untuk mendaki atap Eropa ini pada pertengahan tahun 2009. Ketika itu Sang Dwi Warna berhasil dikibarkan tepat pada tanggal 17 Agustus 2009. Keberhasilan pertama kalinya Mahitala Unpar mencapai Puncak Barat (puncak tertinggi Elbrus) membangkitkan semangat ke 4 orang pendaki Tim ISSEMU. Dengan berbekal pengetahuan dan semangat yang baik, pada tanggal 19 Agustus 2010 pendakian menuju Puncak Barat Elbrus segera digelar.

Pada pendakian kali ini, Tim Pendaki ISSEMU memutuskan untuk menembus punggungan salju Elbrus melalui sisi Utara. Sisi Utara Elbrus mendapat pilihan utama karena minimnya fasilitas dan pendakian yang harus dilakukan secara bertahap. Sisi Utara Elbrus memberikan kesan sebuah sisi gunung yang perawan.

Tidak seperti sisi Selatan yang memang kerap menjadi jalur pilihan utama bagi pendaki. Di sisi Selatan Elbrus, para pendaki akan dipermudah dengan fasilitas kereta gantung yang akan meringankan pendaki untuk mencapai ketinggian tertentu. Penginapan dan pondok-pondok kecil pun tersedia di sana. Soal keamanan jangan diragukan lagi. Setiap saat, mobil salju atau disebut sebagai snow cat hilir-mudik untuk mengawasi para pendaki dan para penggila olahraga ski.

Tim Pendaki ISSEMU berhasil mencapai Puncak Timur Elbrus tepat pada tanggal 24 Agustus 2010 pada pk. 14.45 waktu setempat atau sama dengan pk. 17.45 WIB. Dari proses summit attack inilah ternyata tercipta sebuah jalur yang diberi nama Indonesian Route oleh para Rescuer Elbrus (sebutan untuk Jagawana atau Polisi Gunung di Elbrus) sebagai penghargaan kepada Tim Pendaki ISSEMU yang berhasil membuka jalur baru selepas Camp Lenz Rock (4.750 mdpl) tanpa ditemani oleh pemandu ataupun pendaki lainnya. “Penyerangan” menuju Puncak Elbrus adalah hal yang cukup sulit mengingat Tim Pendaki ISSEMU harus melewati medan salju curam yang memaksa mereka harus menggunakan crampon dan ice axe dengan semaksimal mungkin. Selain itu Tim Pendaki ISSEMU juga sempat dihadang oleh Jet Stream (angin kencang yang suaranya menyerupai pesawat jet) yang berkecepatan kira-kira 50-80 km/jam. Tetapi berkat kegigihan dan semangat yang dimiliki oleh empat pendaki ISSEMU ini, akhirnya Merah Putih berhasil berkibar dengan gagahnya di titik tertinggi Benua Eropa.

Vinson Massif (4.897 mdpl), Antartika – Pertama Untuk Indonesia

Perjalanan menuju The Seven Summiteers pertama bagi Indonesia hampir separuh jalan. Tim Pendaki ISSEMU sudah mengantongi 3 puncak benua. Kini saatnya petualangan dilanjutkan menuju Benua Putih Antartika yang penuh dengan misteri. Pendakian menuju atap tertinggi Antartika, Vinson Massif, memiliki arti penting karena inilah kali pertamanya tim ekspedisi asal Indonesia menyambangi Benua Antartika untuk mendaki Vinson Massif.

Sebuah kota terujung di sebelah Selatan Benua Amerika Selatan, Punta Arenas, awal dari langkah Tim Pendaki ISSEMU memulai aksinya di Benua Putih Antartika. Tim Pendaki ISSEMU tiba di Punta Arenas pada tanggal 30 November 2010. Di kota inilah segala macam kebutuhan pendakian harus dipenuhi. Selain itu Tim Pendaki ISSEMU juga harus menghadiri sebuah presentasi kecil yang diadakan oleh Antarctic Logistic And Expedition (ALE) untuk menjelaskan “tata krama” memasuki Benua Antartika yang merupakan benua terbersih. Setelah itu Tim Pendaki ISSEMU juga harus mendapatkan pemeriksaan ketat peralatan pendakian yang dibawa apakah memenuhi standar yang ditetapkan atau tidak.

Walau sempat tertahan satu hari di Punta Arenas karena cuaca buruk, akhirnya pada tanggal 3 November 2010 Tim Pendaki ISSEMU bergerak menuju Union Glacier, sebuah pangkalan milik ALE yang digunakan oleh pesawat berbadan lebar, Iluysin 76 buatan Uni Soviet, untuk mendarat di tengah padang salju. Dari sini seharusnya segera melanjutkan penerbangan menuju Vinson Base Camp (2.310 mdpl) dengan menggunakan pesawat Twin Otter. Tetapi tampaknya perjalanan harus diundur esok paginya karena ganguan cuaca. Setibanya di Vinson Base Camp pendakian juga harus tertunda selama 3 hari karena cuaca kembali mengganas dan tidak mau kenal kompromi.

Baru pada tanggal 7 Desember 2011, Tim Pendaki ISSEMU dapat mulai meninggalkan Vinson Base Camp untuk berjalan menuju camp selanjutnya. Pendakian di Vinson Massif adalah yang paling menarik diantara sekian puncak yang pernah di daki oleh Tim Pendaki ISEEMU. Betapa tidak, di benua serba putih yang pada musim pendakiannya antara November-Januari, matahari tidak pernah berhenti menujukkan sinarnya selama 24 jam penuh. Selain itu ketiadaan porter atau pengangkut barang menyebabkan Tim Pendaki ISSEMU harus membawa barangnya sendiri-sendiri bergerak secara bolak-balik dari camp ke camp. Cara mereka membawa barang pun terbilang cukup unik. Selain membawa beban ransel di pundak, setiap pendaki harus menarik sebuah papan seluncur salju atau sled yang berisi barang bawaan masing-masing pendaki.

Akhirnya tepat pada tanggal 13 Desember 2010 pk. 17.07 waktu Chile atau setara dengan 14 Desember 2010 pk. 03.07 WIB, Merah Putih berhasil dikibarkan di titik tertinggi benua Antartika, Vinson Massif. Keberhasilan ini sekaligus mencatatkan bahwa Tim Pendaki ISSEMU adalah Tim Indonesia Pertama yang berhasil mencapai Puncak Vinson Massif dengan gemilang. Dan di gunung ini pula Tim Pendaki ISSEMU berkenalan pertama kalinya dengan suhu ekstrim -30 hingga -40 derajat Celsius.

Aconcagua (6.962 mdpl), Argentina – Mendaki The Devil Mountain dari dua jalur berbeda

Sudah mendaki 4 puncak benua adalah sebuah pengalaman yang amat berharga bagi Tim Pendaki ISSEMU apalagi dilakukan secara simultan seperti pendakian Kilimanjaro dan Elbrus. Setelah berhasil mengibarkan Sang Dwi Warna untuk pertama kalinya di Vinson Massif, Antartika, perjalanan kembali dilanjutkan. Kali ini Tim Pendaki ISSEMU berjalan mengarah ke Utara dari Punta Arenas untuk memasuki nagara asal Lionell Messi, Argentina. Di Argentina inilah nantinya Tim Pendaki ISSEMU akan mencoba mendaki Gunung Aconcagua yang memiliki julukan cukup membuat bulu kuduk berdiri, The Devil Mountain. Sebutan ini mewakili kesangaran cuaca di Aconcagua yang memburuk sesukanya tanpa bisa diprediksi dengan baik. Dalang dari kesangaran Aconcagua tak lain adalah el viento blanco. El viento blanco adalah sebutan dari badai yang amat menakutkan di Aconcagua. Secara tiba-tiba kabut akan menyelimuti kawasan pendakian disertai angin kencang dan hujan salju.

Pada pendakiannya kali ini, Tim Pendaki ISSEMU didukung oleh 2 pendaki Mahitala Unpar lainnya. Detri Wulanjani dan Max Agung Pribadi (yang juga seorang wartawan harian Warta Kota) turut bergabung dalam pendakian Puncak Aconcagua sebagai pendukung untuk menulis berita dan mengabarkan pergerakan tim ke Tanah Air. Perjalanan panjang menuju Puncak Aconcagua dimulai dari Los Penitentes (2.580 mdpl), sebuah desa kecil tempat Tim Pendaki ISSEMU melaporkan kegiatannya terakhir kali sebelum mereka berjalan selama 3 hari menuju Plaza Argentina (4.200 mdpl). Plaza Argentina merupakan base camp dari pendakian Puncak Aconcagua.

Selain medannya yang sulit, tampaknya Aconcagua memiliki banyak hambatan. Hambatan tersebut datang dari para pemandu yang terlalu ketat dalam memandu perjalanan menuju Puncak Aconcagua. Terbukti Detri harus diturunkan dengan helikopter menuju Mendoza karena alasan kesehatan. Padahal beberapa pemilik camp diantaranya Daniel Lopez berusaha meyakinkan bahwa Detri akan baik-baik saja walau harus tetap tinggal di ketinggian 4.200 mdpl di Plaza Argentina. Hambatan serupa akhirnya menimpa Frans dan Janatan Ginting yang dinyatakan tidak layak untuk meneruskan perjalanan ke puncak karena gangguan pernafasan. Beruntung bagi Frans, akhirnya esok harinya ia dinyatakan dapat melanjutkan perjalanan. Lalu bagaimana dengan Janatan? Walau dapat menetap di Plaza Argentina, Janatan tidak boleh melanjutkan perjalanan meskipun 2 hari setelahnya kondisinya pulih dan dinyatakan layak untuk mendaki Puncak Aconcagua. Tetapi karena jarak yang terlalu jauh untuk menyusul rekan-rekannya, Janatan terpaksa berberat hati harus menunggu di Plaza Argentina hingga empat pendaki ISSEMU lainnya kembali ke Plaza Argentina. Di sini manajemen ISSEMU di Tanah Air sudah merancang kembali pendakian susulan untuk Janatan setibanya rombongan ISSEMU tiba kembali di Mendoza.

Melalui serangkaian ujian yang terasa berat, akhirnya Tim Pendaki ISSEMU (Sofian, Frans, Broery, dan Agung Max) berhasil mencapai Puncak Aconcagua pada tanggal 9 Januari 2011 pada pk. 11.30 waktu Mendoza atau pk. 21.30 WIB. Sementara Janatan berhasil mencapai Puncak Aconcagua 20 hari kemudian pada tanggal 29 Januari 2011. Janatan berhasil menggenapi pendakian Aconcagua dengan menggapai puncaknya. Ia berangkat kembali dari Mendoza menggunakan rute yang berbeda dengan Sofian, Frans, Broery, dan Agung Max yang melalui Polish Traverse Route. Janatan mendaki Aconcagua melalui 360 Route yang merupakan penggabungan dari Normal Route dan Polish Traverse Route.

Everest (8.848), Nepal – Merayakan Hari Kebangkitan Nasional Di Puncak Tertinggi Di Dunia

Sejarah mencatat pada tepat pada tanggal 29 Mei 1953 pk. 11.30 waktu Nepal, Edmund Hillary dan Tenzing Norgay berhasil mencapai Puncak Everest untuk pertama kalinya. Dan sejak saat itulah selama 58 tahun, Everest tetap menjadi mimpi yang amat indah bagi tiap pendaki untuk menggapai puncaknya. Tercatat dalam www.adventurestat.com bahwa 11.000 kali percobaan dilakukan untuk mencapai Puncak Everest sejak tahun 1922 hingga 2006, di mana hanya 3.000 kali percobaan pendakian yang berhasil. Dari data itu dapat dijabarkan bahwa tingkat kesuksesan pencapaian Puncak Everest adalah 29% saja dengan menelan korban hingga 207 orang meninggal di Everest.

Di puncaknya yang kelima ini, Tim Pendaki ISSEMU kembali menggulirkan petualangnya. Hiroyuki Kuraoka, konsultan pendakian seven summits ISSEMU menyatakan bahwa Tim Pendaki ISSEMU telah memiliki kemampuan yang amat baik dan layak untuk mendaki gunung es sekaliber Everest. Perjalanan dimulai dari Lukla (2.850 mdpl), sebuah desa kecil tempat Tim Pendaki ISSEMU memulai pendakiannya menuju puncak tertinggi di dunia. Dari Lukla Tim Pendaki ISSEMU harus berjalan kaki selama 11 hari menuju Everest Base Camp (EBC). Tim Pendaki ISSEMU tiba di EBC pada tanggal 12 April 2011.

Proses aklimatisasi sangat dibutuhkan bagi para pendaki gunung di atas 4.000 mdpl. Dengan program aklimatisasi yang baik diharapkan para pendaki dapat menyesuaikan diri dengan ketinggian yang semakin ke atas akan semakin berkurang kadar oksigennya sehingga pendaki dapat meminimalisir serangan Acute Mountain Sickness (AMS). Dalam pendakian menuju Puncak Everest, Tim Pendaki ISSEMU melakukan 4 kali program aklimatisasi, yaitu : proses perjalanan dari Lukla hingga EBC, pendakian Lobuche East (6.171 mdpl), pendakian camp 1 Pumori, dan pendakian ke camp 2 Everest (6.462 mdpl).

Selain empat Pendaki ISSEMU, Mahitala Unpar mengerahkan sebanyak 10 orang anggotanya (termasuk wartawan Kompas Ahmad Arif yang diberangkatkan untuk meliput pendakian ini) khusus diberangkatkan menuju EBC untuk membantu kelancaran proses pendakian Everest yang memakan waktu 2 bulan lebih. Selain tim pendukung, pendakian Tim ISSEMU di Everest melibatkan 17 orang sherpa yang terbagi dalam beberapa bidang. Sebut saja : climbing sherpa yang membantu secara langsung proses pendakian menuju Puncak Everest, high altitude cheff yang diposisikan selama pendakian Everest kali ini berada terus di Advance Base Camp atau Camp 2 dan para staf EBC yang membantu kelancaran pendakian dari base camp.

Tim Pendaki ISSEMU melakukan proses pendakian menuju Puncak Everest dalam dua kali percobaan. Pada percobaan pertama Tim Pendaki ISSEMU bertolak menuju camp 2 pada tanggal 10 Mei 2011. Dan pada tanggal 12 Mei mereka sudah tiba di camp 3 (7.300 mdpl) dengan mulus tanpa hambatan. Tetapi nasip berkata lain, baru saja 3 jam mereka melepas lelah di camp 3, tiba-tiba saja angin bertiup dengan kencang. Hiroyuki Kuraoka sebagai expediton leader dari Tim Pendaki ISSEMU harus memutuskan bahwa seluruh Pendaki ISSEMU untuk turun ke camp 2. Setibanya di camp 2, Tim Pendaki ISSEMU mendapat kabar bahwa menurut ramalan cuaca, kawasan Everest akan memburuk cuacanya hingga seminggu ke depan sehingga seluruh rangkaian pendakian harus ditunda dan ini menandakan bahwa seluruh proses kegiatan pendakian yang dilakukan oleh para pendaki di sana harus segera di hentikan hingga cuaca membaik. Tercatat hanya ada satu tim dari International Mountain Guide yang memutuskan untuk tetap mendaki menuju Puncak Everest hari itu dan berhasil keesokan harinya.

Akhirnya dengan penantian yang cukup lama, berita gembira bahwa cuaca Everest menunjukkan tanda-tanda yang baik berhasil didapatkan oleh Russel Brice, pimpinan Himalayan Experince. Dari sinilah Tim Pendaki ISSEMU akan segera menggelar percobaan keduanya mencapai puncak dari segala puncak gunung di dunia. Tanggal 17 Mei 2011 pk 10.15 waktu Nepal, summit push kedua kalinya untuk Tim Pendaki ISSEMU kembali dilakukan. Tercatat pada tanggal 19 Januari 2011 akhirnya mereka berhasil tiba di South Col di ketinggian 7.900 mdpl. South Col kerap disebut sebagai pintu menuju Death Zone yang berarti bahwa mereka akan segera berhadapan dengan ketinggian 8.000 meter ke atas dan menandakan pula suatu daerah di mana orang mustahil untuk hidup tanpa bantuan oksigen.

Akhirnya semua usaha yang begitu keras terbayar sudah ketika Tim Pendukung ISSEMU mengabarkan bahwa Broery Andrew Sihombing berhasil mengibarkan Bendera Merah Putih di Puncak Maha Gunung Everest tepat pada tanggal 20 Mei 2011 pk. 05.22 waktu Nepal atau pk. 06.37 WIB. Disusul kemudian oleh Janatan Ginting berhasil menembus ketinggian 8.848 mdpl pada pk. 07.26 waktu Nepal atau pk. 08.41 WIB. Diikuti oleh Sofyan Arief Fesa dan Frans yang mencapai Puncak Everest bersamaan pada pk. 09.45 waktu Nepal atau pk. 11.00 WIB sekaligus menggenapi prestasi Tim ISSEMU yang mendaki Everest dengan hasil one hit one victory. Perayaan pencapaian Everest ini mendapatkan pujian dari berbagai pihak bahwa anak bangsa berhasil mengibarkan Bendera Merah Putih di puncak Everest tepat perayaan Hari Kebangkitan Nasional.



Denali (6.194 mdpl), Alaska – The Seven Summiteers Pertama Untuk Indonesia

Rencana awal Tim ISSEMU bahwa pendakian akhir menuju puncak ke tujuh akan dilaksanakan pada bulan Mei 2012. Tetapi berkat usul dari Hiroyuki Kuraoka bahwa sebaiknya pendakian Denali janganlah diundur selama itu. Usulan ini cukup beralasan karena bulan Juni-Juli masih termasuk dalam musim pendakian Denali. Selain itu ia menambahkan bahwa Tim Pendaki ISSEMU masih memiliki stamina yang baik sepulangnya dari Everest dibandingkan mereka harus menetap di Tanah Air selama setahun lamanya yang pasti akan menurunkan stamina dan pembiasaan terhadap high altitude.

Dari masukan inilah akhirnya Tim Pendaki ISSEMU segera bertolak menuju Alaska selang 3 minggu beristirahat di Tanah Air. Pendakian Denali adalah pendakian yang tersulit karena para pendaki harus menghadapi jarak vertikal sepanjang 3.969 meter tanpa bantuan pengangkut barang atau porter (cat : jarak vertikal Everest adalah 3.548 meter ditambah dukungan penduh dari para porter pengangkut barang dan para sherpa). Di Denali tiap pendaki harus membawa perlengkapannya sendiri, mendirikan tendanya sendiri dan memasak sendiri. Perlengkapan yang dibawa memiliki berat total 50 kilogram dengan pembagian 20 kilogram akan dibawa dengan ransel yang menggantung di pundak dan 30 kilogram berikutnya akan dibawa dengan kereta salju atau sled yang akan ditarik oleh masing-masing pendaki.

Tim Pendaki ISSEMU tiba di Base Camp Denali (2.225 mdpl) di Padang Salju Kalhitna (24/6) setelah sebelumnya terbang dengan pesawat tipe Fokker dari Kota Talkeetna. Karena ketiadaan pengangkut barang maka Tim Pandaki ISSEMU harus membawa barang-barang mereka secara bertahap dari camp ke camp hingga akhirnya mereka akan tiba di High Camp (5.242 mdpl). Selama proses pendakian ini mereka banyak menghadapi hambatan. Hambatan terbesar datang dari cuaca yang tidak menentu. Tercatat selama 19 hari pendakiannya di Denali, Tim Pendaki ISSEMU sempat tertahaan beberapa hari di dalam tenda untuk menunggu meredanya cuaca buruk sehingga proses untuk menambah ketinggian berhasil dilakukan.

Hingga akhirnya kabar gembira itu diterima di Tanah Air bahwa Tim Pendaki ISSEMU berhasil mencapai Puncak Denali pada tanggal 7 Juli 2011 pk. 17.37 waktu setempat atau sama dengan tanggal 8 Juli 2011 pk. 08.35 WIB. Prestasi gemilang ini sekaligus menorehkan sebuah sejarah baru di dunia pendakian Tanah Air bahwa setelah sekian lama akhirnya Indonesia memiliki The Seven Summiters pertamanya yang dipersembahkan oleh empat Pendaki ISSEMU. Ini juga menandakan bahwa Indonesia akan segera bergabung bersama 52 negara di dunia yang memiliki pendaki bertitel The Seven Summiteers dan sekaligus akan bergabung bersama 275 pendaki internasional yang memiliki titel serupa.


Dukungan Penuh Dari PT. Mudking Asia Pasifik Raya

Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyewaan dan penjualan peralatan pengeboran minyak dan gas bumi ini berkedudukan di Jakarta. Melalui program Corporate and Social Responsibility (CSR), PT. Mudking Asia Pasifik Raya (PT. MKAPR) memberikan kontribusi terbesar dalam menyukseskan keberhasilan pendakian tujuh puncak benua ini. Totalitas dari PT. MKAPR memang harus diacungi jempol. Dengan penuh keyakinan akan berhasilnya program sirkuit pendakian yang tentunya akan memakan banyak sekali biaya, PT. MKAPR ternyata juga turut mendorong potensi anak bangsa agar lebih bisa berkarya lebih baik demi Nusa dan Bangsa. Dengan berhasilnya pendakian Denali yang sekaligus menutup rangkaian pendakian tujuh puncak benua, maka kami dari Tim ISSEMU dan PT. MKAPR berterima kasih kepada seluruh pihak terkait yang tentunya tidak dapat kami sebutkan satu persatu di dalam release ini. Semoga apa yang telah dilakukan oleh Tim ISSEMU dapat mengangkat derajat dan harkat Bangsa setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Dan semoga dengan kegiatan ini dapat semakin membangkitkan gairah dan semangat generasi muda Indonesia untuk berkarya bagi Bangsanya.

Sumber : http://www.indonesia7summits.com/2011/08/press-release-seven-summiteers-pertama-untuk-indonesia/