#Terima Kasih Atas Kunjungan Anda di Blog Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam LALIMPALA Univ. Tadulako Palu Sulawesi Tengah-Indonesia# Selamatkan Bumi Indonesia hari ini dan mulai dari lingkungan kita sendiri#Save Our Earth

Jumat, 06 Januari 2012

DIVING INDONESIA

Indonesia, the world's largest archipelago containing 10 - 15 percent of the world's coral reefs, to some of the most idyllic islands, to the finest dive resorts available. Submerged, immaculate marine coliseums await the avid diver, the myriad fish and invertebrates that shelters among and encrust the rugged surface provided by the clumps, shelves and branches of coral are overwhelming in their numbers, shapes and colors, all are reminder of a time when all the life on earth existed in shallow, tropical seas will make you feel stepping into time machine.



Indonesia consists more than 17,000 islands and becomes the largest archipelago in the world with at least 80,000 kilometers of coastline. The special conditions of this strategic zone are the reasons for the fish population to be extremely abundant here.

About 4000 different species are found in the Indonesian waters (over 25% of the planet's fish species), in comparison to the 1000 found in the Red or the 400 from the Caribbean

Apart from this, invertebrates proliferate throughout the hundreds of patch reefs, sheer walls and barriers reefs Colourful nudi branch, pipe fishes and seahorses roam amongst the chrynoids, gorgonias and soft corals, a whole rainbow hue covering the entire extension of the reef walls. Big fish pop up every now and then, offering superb sights of big tunas, shoal or barracudas, manta rays and sharks galore.

Another "rarity" also to be found there is the dugong, an impressive marine herbivorous relative of the manatees, unique survivor of the syrenid order It is also possible to spot several species of cetaceans, from tiny porpoises to the huge Sperm whale, still united with ancestral procedures by local tribes for subsistence, under the exemption of the International Whaling Commission.


Banggai Islands in Central Sulawesi


The Banggai islands are situated in the western part of central Sulawesi and border between Banda sea at South and Molluca sea at north, has numerous large reefs that support a very rich marine life : vertical dropp off covered with hard and soft coral, a lot of reef shark and turtles, schools of jackfish, tunas and of course many coral reefs fishes. Biodiversity is extremely high the endemic ornamental fish " Banggai Cardinal Fish " (Pterapogon kaudermi) lives there.

These island are protected from those winds by the main coast of Sulawesi. From October to April, when winds mostly come from north west, you will find one cruise operator will running to this area. The cruise will go through to the south of the archipelago, where are the best reefs and islands for diving until Salue islands. If tides and weathers conditions are good, the cruise will sail until to the submerged reefs of Boto straits and to Taliabu island at west coast.

Weather in Banggai
Luwuk and the south coast of the peninsula receive more wind and rain during the South East monsoon, especially during June and July. Other months are fairly dry.

How to get there
Banggai is reached by an approximately 2 hour journey from the airport of Luwuk (car and speed boat)


Sumber :http://www.indonesiadiving.com

Carstensz Pyramide, Puncak Tertinggi di Indonesia

Banyak petualang tanah air yang bermimpi dalam hidupnya berkesempatan mendaki gunung carstensz pyramide yang ada di tanah Papua. Selain merupakan puncak tertinggi di Indonesia, dengan mendaki gunung ini, para petualang bisa merasakan sensasi beda yang di tidak di dapatkan di hampir semua karakter gunung di Indonesia, yaitu adanya salju.

Tetapi salju ini diperkirakan akan menyusut dan mengering pada tahun 2024, hal ini disebabkan oleh pemanasan global. Perhitungan tersebut didasarkan atas analisis data empiris menggunakan pendekatan linier yang dikerjakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Jadi bukan tidak mungkin suatu saat pegunungan ini akan kehilangan salju seperti yang terjadi di gunung Kilimanjaro, Afrika.

Puncak Carstensz Pyramid memiliki ketinggian 4884 M dpl (16023 ft). Lokasi koordinatnya berada pada S 04°04.733 dan E 137°09.572, terletak di sebelah barat central highland yang disebut dengan Jayawijaya dan pegunungan Sudirman. Banyak yang mengira bahwa puncak Jayawijaya sama dengan Carstensz Pyramide, padahal kedua puncak ini bersebelahan letaknya.

Pada tahun 1623 Navigator dari Belanda John Carstensz menjadi orang pertama yang membawa kabar ke daratan Eropa tentang adanya puncak es di negara tropis di garis eografis equator Barat Papua Nugini. Hasil laporannya ditanggapi dengan gelak tawa oleh publik pada saat itu. Baru pada tahun 1899, selang 3 abad lamanya ekspedisi Belanda yang sedang membuat peta di situ membenarkan apa yang di sampaikan John Carstensz. Maka namanya di abadikan di situ.

Gunung ini memang terletak di Indonesia, namun pendaki yang menyemarakkan dengan menjelajahi punggungannya kebanyakan malah dari pendaki luar negeri bukan pendaki lokal. Tahukah Anda, setiap tahunnya ada sekitar 200-300 pendaki luar negeri yang mengeksplore gunung ini, sementara pendaki Indonesia hanya puluhan orang saja. Memang terlihat aneh, namun inilah faktanya yang terjadi di lapangan. Usut punya usut pendaki lokal terkendala dalam hal perijinan.

Untuk mendaki gunung ini ada dua akses, yaitu melalui freeport dan ilaga. Galih Donikara, seorang senior Wanadri menyebutkan untuk mendaki gunung ini harus memiliki rekomendasi dari kantor Menpora, Kapolri, BIA – intelejen Indonesia, Menhutbun/PKA, PT Freeport Indonesia (PTFI). Kalau mau lewat Tembagapura ditambah dari Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI). Itu semua harus diurus di Jakarta. Lalu di Jayapura, rekomendasi dari Bakorstranasda dan Kapolda harus dikantongi. Di Timika, rekomendasi EPO dan izin PTFI untuk fasilitas lintasan. ”Terakhir di Tembagapura, koordinasi dengan Emergency Response Group (ERG) untuk penanganan Emergency Procedur dan aparat Satgaspam untuk masalah keamanan lintasan,” jelas pendaki gunung yang sempat tergabung dalam ekspedisi Indonesia – Everest ’97 ini. Rentetan panjang daftar surat rekomendasi ini yang akhirnya banyak membuat pendaki kita lebih memilih mendaki luar negeri. Sementara untuk akses Ilaga, dibutuhkan lebih banyak lagi biaya dan waktu yang lebih lama untuk mencapai kemah induk.

Seorang petualang kawakan asal kota Malang "Bambang Hertadi Mas" pada tahun 1987 sempat mengurungkan niatnya mendaki puncak Carstensz dan lebih memilih berekspedisi ke Kilimanjaro yang ada di Tanzania. Saat itu ia berkomentar, ”Mending sekalian ke luar (negeri), toh ongkos dan susahnya proses perizinan relatif tidak jauh berbeda”.

Rute

Ada 3 rute utama untuk mencapai puncak Caratensz ini. Yang pertama biasa disebut dengan rute Harrer (Harrer’s Route). Rute ini merupakan rute yang paling mudah untuk dilewati. Meskipun mudah, tidak berarti segalanya akan mudah dalam menaklukkan puncak Jaya ini.



Harrer’s route menempuh perjalanan untuk naik dan turun sekitar 12 sampai 15 jam. Tingkat klesulitannya berkisar antara 3-4 standar UIIA. Kesulitan yang ada dalam menempuh rute ini adalah ketika berada di bawah puncak jaya. Kemiringan tebing yang curam, sampai dengan 10-15 derajat setinggi kira-kira 80 meter, membutuhkan ekstra kehati-hatian. Standar UIIA menyatakan bahwa kesulitan dalam hal ini adalah 5-5+. Pengalaman dan pengetahuan yang cukup dalam hal climbing merupakan bekal utama. Bebatuannya cukup kuat dan tidak mudah longsor/lepas. Kesulitan yang akan dihadapi akan lebih besar lagi ketika mencapai bebatuan yang bergerigi dengan overhang wall yang berkisar 10 meter, dengan tingkat kesulitan 6-7+ standar UIIA. Bagi pendaki pemula hal ini bisa diatasi dengan menggunakan Jumar sebagai alat bantu nya.

Rute yang kedua adalah East Ridge. Rute ini merupakan pertengahan antara rute Harrer dan rute yang paling sulit. Jalan yang ditempuh akan lebih jauh dan tentunya juga akan lebih lama.

Rute yang ketiga adalah American Direct. Rute ini merupakan rute yang akan menempuh perjalanan langsung ke puncak. Rute ini memerlukan skill, pengalaman, dan juga pengetahuan yang memadai tentang Climbing. Yang terburuk dari rute ini adalah, tingkat kesulitan yang semakin tinggi ketika mendekati puncak, yaitu tebing yang curam, dinding dari puncak Cartensz.


Sumber : http://www.djarum-super.com/adventure/adventure-news/content/read/carstensz-pyramide-puncak-tertinggi-di-indonesia/