TAU TAA WANA
Secara etnografis, Tau (orang) Taa atau To Wana merupakan sub etnis dari kelompok etnolinguistik Pamona yang mendiami wilayah-wilayah sekitar sungai Bongka, Ulubongka, Bungku Utara dan Barong. Orang Wana memakai dialek Wana yang termasuk di dalam rumpun bahasa Pamona sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Dialek Wana juga disebut dialek Taa, sebuah varian dalam bahasa Pamona (Atkinson, 1992).
Catatan hasil ekspedisi yang dilakukan oleh Walter Kaudern pada tahun 1917-1920, menjumpai sebuah komunitas rumpun Poso-Toradja dengan sebutan To Ampana (Taa) di wilayah pesisir pantai sekitar Tanjung Api sebagaimana layaknya yang terdapat di kawasan aliran sungai Bongka. Di kawasan pedalaman di lengan timur laut
Berdasarkan asal usul orang Taa-Wana, Kruyt (1930) membagi orang Wana dalam empat suku besar, yakni pertama suku Burangas (dari Luwuk mendiami desa Lijo, Parangisi, Winanga Bino, Uepakatu dan Salubiro); kedua suku Kasiala berasal dari Tojo pantai (Teluk Tomini) yang mendiami desa Manyoe, Sea, juga sebagian desa Winanga Bino, Uepakatu dan Parangisi; ketiga suku Posangke yang berasal dari Poso, menempati wilayah Kajupoli, desa Toronggo, Opo, Uemasi, Lemo dan Salubiro; dan keempat suku Untunu Ue (hulu sungai) mendiami lokasi Ue Waju, Kajumarangka, Salubiro dan Rompi.
Secara linguistik, menurut Alvard (1999) orang Wana bertutur dalam bahasa Taa yaitu sebuah bahasa yang banyak digunakan disekitar kawasan pesisir dan dataran rendah di sekitar Cagar Alam Morowali. Orang Wana Posangke mendiami daerah dataran tinggi yang berlembah di sebelah barat Cagar Alam Morowali, yang lokasi mukimnya tersebar di sepanjang sungai Salato, sungai Sumi’i, sungai Uwe Kiumo dan Uwe Waju. Sumber mata air sungai Salato berhulu di Gunung Tokala dan bermuara di sebelah barat (Teluk Tolo).
Wilayah sebaran utama “Tau Taa Wana”, pada umumnya membentang dari bagian timur dan dan timur laut Cagar Alam Morowali (Kabupaten Morowali) sampai di bagian barat Pegunungan Batui (Kabupaten Banggai) dan Pegunungan Balingara (Kabupaten Poso – sekarang Tojo Una-Una) dalam wilayah tersebut konsentrasi terbesar pemukiman komunal (lipu) mereka, berada di sekitar gunung Tokala, Ponggawa, Katopasa dan lumut.
Masyarakat Adat Taa Wana yang dimaksud adalah kelompok “Wana” yang bermukim di pedalaman hutan dan pegunungan, dengan alasan bahwa kosa kata tersebut tidak menghilangkan cara mereka mengidentifikasi diri dan untuk membedakan mereka dengan komunitas “Topa Taa” yang tidak lagi memenuhi unsur-unsur sebagai masyarakat hukum adat.
Sumber : http://www.ymp.or.id/