entrance vatu ndalepa cave |
Vatu Ndalepa merupakan nama goa dan tebing alam yang yang terletak di desa Galuga denga lokasi absolute berada pada S O10 26’ 47” dan E 1200
57’ 23”. Vatu Ndalepa berasal dari bahasa Kaili Bare'e yang berarti 'batu terkelupas/lepas'. Masyarakat memberikan nama tersebut karena jenis batuannya yang mudah terkelupas dan lepas. Desa Galuga
merupakan desa yang terletak dikecamatan Tojo Barat Kabupaten Tojo Una-Una dengan mayoritas penduduk yang bercocok tanam berkat kesuburan
tanah di tempat tersebut.
Hasil survey & pengambilan data yang dilakukan oleh Mapala Lalimpala FKIP UNTAD bahwa kawasan karst tersebut dapat dikembangkan sebagai objek wisata alam bebas dan pusat studi wisata yang didukung dengan sumber air yang melimpah karena hutannya yang masih terjaga. Selain air terjun, kebudayaan berupa padungku (pesta panen) dan kayori (tarian daerah) di desa tersebut masih terjaga yang dapat disaksikan setiap musim panen tiba. Tebing alam yang terdapat di desa tersebut memilki tinggi sekitar 200-300 meter dengan jalur pemanjatan yang sangat variatif yang belum dikembangkan dan beberapa goa yang berlorong Fosil, Vadose dan Fhreatik. Salah satu goa yang telah di explor oleh team dari Mapala Lalimpala berada dibagian tengah dasar tebing yang dilalui sungai yang masuk melalui entrance goa dengan kedalaman vertical kurang lebih 94 meter.
Vaucluse goa tersebut berada pada koordinat S O10 25’ 58” dan E 1200 55’ 57” yang dikenal sebagai Sungai Bambalo yang pada saat ini baru dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Jarak antara ponor dengan vaucluse sekitar 4,5 Km. Goa ini baru dipetakan kurang lebih 308 meter, sedangkan bagian yang belum dipetakan yakni pada lorong fhreatik.
Sumber : Team Explorasi Vatu Ndalepa 2012 dan 2013
Hasil survey & pengambilan data yang dilakukan oleh Mapala Lalimpala FKIP UNTAD bahwa kawasan karst tersebut dapat dikembangkan sebagai objek wisata alam bebas dan pusat studi wisata yang didukung dengan sumber air yang melimpah karena hutannya yang masih terjaga. Selain air terjun, kebudayaan berupa padungku (pesta panen) dan kayori (tarian daerah) di desa tersebut masih terjaga yang dapat disaksikan setiap musim panen tiba. Tebing alam yang terdapat di desa tersebut memilki tinggi sekitar 200-300 meter dengan jalur pemanjatan yang sangat variatif yang belum dikembangkan dan beberapa goa yang berlorong Fosil, Vadose dan Fhreatik. Salah satu goa yang telah di explor oleh team dari Mapala Lalimpala berada dibagian tengah dasar tebing yang dilalui sungai yang masuk melalui entrance goa dengan kedalaman vertical kurang lebih 94 meter.
Vaucluse goa tersebut berada pada koordinat S O10 25’ 58” dan E 1200 55’ 57” yang dikenal sebagai Sungai Bambalo yang pada saat ini baru dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Jarak antara ponor dengan vaucluse sekitar 4,5 Km. Goa ini baru dipetakan kurang lebih 308 meter, sedangkan bagian yang belum dipetakan yakni pada lorong fhreatik.
Sumber : Team Explorasi Vatu Ndalepa 2012 dan 2013