Dampak Pemanasan Global, Indonesia Hancur
Indonesia sejak dini harus mengantisipasi dampak buruk memanasnya iklim global beberapa tahun mendatang. Pemanasan tersebut bisa mengakibatkan kemarau panjang, banjir, merosotnya produktivitas pertanian, tenggelamnya pulau, dan mewabahnya malaria.
Direktur Eksekutif Pelangi Agus Pratama Sari mengungkapkan hal tersebut saat konferensi pers di Jakarta kemarin.
Menurut Agus, suhu permukaan bumi berdasarkan kajian Intergovernmental Panel on Climate Change pada 2070 akan meningkat antara 1,5-6 derajat Celcius dibanding saat ini. Peningkatan suhu permukaan bumi ini akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca seperti karbondioksida, metana, dan dinitrogen oksida di atmosfir bumi.
Di Indonesia sendiri, tuturnya, akibat perubahan iklim akan membuat suhu meningkat menjadi 1,6-3,0 derajat Celcius pada 2050-2070 berdasarkan perkiraaan Canadian Climate Change Model dan United Kingdom Meteorological Office.
Sedangkan menurut perkiraan dua lembaga Amerika Serikat, yaitu Global Fluid Dynamic dan Goddart International Space Study, suhu Indonesia akan meningkat 2 hingga 4,2 derajat Celcius.
Direktur Eksekutif Pelangi ini menambahkan emisi gas rumah kaca Indonesia meningkat drastis sejak 1970-an. Pada 1970 emisi CO2 masih di bawah 50 juta ton, meningkat menjadi di atas 250 juta ton pada 1995.
''Meningkatnya emisi gas CO2 di Indonesia akibat penggunaan bahan bakar bakar minyak yang semakin meningkat dan semakin rusaknya hutan yang berfungsi menyerap gas CO2,'' katanya.
Akibat pemanasan global ini, negara-negara tropis dan kepulauan seperti Indonesia akan lebih banyak dirugikan. Pasalnya dengan meningkatnya suhu, permukaan air laut akan meningkat sehingga akan membuat pulau-pulau akan tenggelam.
Pada 2070, tutur Agus, dengan perkiraan tinggi permukaan air laut meningkat 60 cm, dua ribu pulau akan tenggelam.
Selain itu, peningkatan suhu juga diperkirakan membuat musim kemarau Indonesia semakin panjang dan memunculkan bencana kekeringan. Sebaliknya musim hujan semakin pendek, tapi dengan curah semakin tinggi sehingga bisa menyebabkan banjir. Dalam kondisi seperti ini beberapa penyakit di antaranya demam berdarah dan malaria akan banyak muncul.
Peningkatan suhu juga diperkirakan akan membuat banyak tanaman pangan merosot produktivitasnya. Produktivitas kacang kedelai dan jagung diperkirakan akan merosot masing-masing sebesar 20% dan 40%, sedangkan padi diperkirakan menurun 2,5%. Namun bagi negara-negara subtropis yang memiliki musim dingin seperti Kanada dan China justru diuntungkan. Pasalnya, akibat perubahan iklim, musim salju akan semakin pendek, sehingga menguntungkan dari sisi pertanian.
Bagi Indonesia sendiri akibat berbagai bencana, diperkirakan mulai 2010 setiap tahun harus mengalokasikan 10% dari pendapatan kotor nasional (PDB) guna menangani berbagai bencana akibat perubahan iklim.
Antisipasi
Menurut Agus, berbagai langkah yang dilakukan dunia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca seperti tertuang dalam Protocol Kyoto tidak akan cukup. Pasalnya dalam Protocol Kyoto, penurunan emisi gas rumah kaca ditargetkan menurun 5% pada 2010 dari jumlah emisi pada 1990. Target itu pun hanya dikenakan pada negara-negara maju.
''Padahal, untuk menghindari peningkatan iklim bumi, perlu dilakukan penurunan sebanyak 60-70% emisi gas rumah kaca sekarang juga.''
Karena tidak mungkin menurunkan emisi gas rumah kaca sehingga peningkatan suhu tidak bisa terhindarkan, tuturnya, yang perlu dilakukan adalah membuat serangkaian langkah untuk mengantisipasi meningkatnya suhu bumi.
Berbagai langkah yang perlu dilakukan pemerintah di antaranya melakukan upaya pencegahan agar perubahan iklim dapat diperlambat, sehingga dampaknya tidak terlalu ekstrem. Salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah menghentikan laju kerusakan hutan dan merehabilitasinya.
Selain itu, pemerintah juga harus mulai mengkaji dan menerapkan manajemen dampak perubahan iklim yang akan terjadi.
''Kasus banjir yang terjadi pada Februari tahun ini merupakan contoh dari ketidaksiapan pemerintah dalam menghadapi bencana. Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi lagi,'' tegas Agus.Jakarta, Media Indonesia -