#Terima Kasih Atas Kunjungan Anda di Blog Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam LALIMPALA Univ. Tadulako Palu Sulawesi Tengah-Indonesia# Selamatkan Bumi Indonesia hari ini dan mulai dari lingkungan kita sendiri#Save Our Earth

Sabtu, 27 September 2008

Sir Edmund Hillary

Penakluk Puncak Everest Itu Telah Tiada

Sir Edmund Hillary, orang pertama yang mencapai puncak Gunung Everest, meninggal dunia karena serangan jantung di Rumah Sakit Auckland, Selandia Baru, Jumat (11 Januari 2008) pagi jam 9.00 waktu setempat. Demikian pernyataan Badan Kesehatan Distrik Auckland. Hillary meninggal pada usia 88 tahun.

Perdana Mentri Selandia Baru, Helen Clark, mengenang Hillary sebagai seorang “Colossus”, sebuah pernyataan yang menyejajarkannya dengan seorang tokoh fiksi ciptaan Len Wein dalam komik Marvel.

“Ia seorang Kiwi tulen. Ia milik kita - dari penampilannya yang bagai cadas yang menjulang dan gayanya berbicara singkat tapi mengungkapkan banyak hal hingga keterusterangan dan kejujurannya. Seluruh rakyat Selandia Baru menangisi kepergiannya,’ kata Clark.

Dari informasi di Wikipedia, Edmund Hillary adalah seorang pendaki gunung dan penjelajah; ia lahir pada tanggal 20 Juli 1919. Pada tanggal 29 Mei 1953 ia dan Tenzing Norgay, seorang pendaki gunung asal Nepal menjadi pendaki pertama yang dikenal mencapai puncak Gunung Everest. Mereka adalah Bagian dari ekspedisi Inggris ke sembilan ke Everest, yang dipimpin oleh John Hunt.

Edmund Hillary adalah anak dari pasangan Percival Augustus Hillary dan Gertrude Hillary, dan dilahirkan di Tuakau, selatan Auckland. Kakek dan neneknya merupakan pendatang pertama di Wairoa bagian utara pada pertengahan abad 19, setelah beremigrasi from Yorkshire. Hillary mengenyam pendidikan di Auckland Grammar School. Perjalanannya ke dan dari sekolah dengan bus menghabiskan waktunya sekitar 4 jam sehari. Dalam bis dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membaca. Pertumbuhannya fisiknya terhambat, hal ini kelihatan dari ukuran fisiknya yang lebih kecil dari teman-teman sebayanya. Hal ini membuatnya malu dan rasa malu ini membuatnya ‘melarikan diri’ membaca buku-buku dan mengkhayalkan suatu kehidupan yang penuh dengan petualangan.

Pada umur 16 ia tertarik pada pendakian gunung setelah kunjungan sekolahnya ke Gunung Ruapehu. Meskipun kurus dan tak terkoordinasi, ia mendapatkan dirinya cukup kuat secara fisik ketimbang teman-temannya. Pada tahun 1939 ia menyelesaikan pendakian penting yang pertama, mencapai puncak Gunung Oliver in Southern Alps, Selandia Baru.

Atas prestasinya menaklukan Everest, Edmund Hillary mendapat berbagai penghargaan. Hillary merupakan orang Selandia Baru pertama yang masih hidup yang gambarnya menghiasi lembaran uang kertas. Gambarnya muncul pada uang kertas 5 dollar Selandia Baru pada tahun 1992.

Pada peringatan 50 tahun penaklukan Everest, pemerintah Nepal menganugerahkan kewargaan kehormatan kepada Hillary pada suatu peringatan khusus di Kathmandu. Penghargaan lain termasuk: Knight Commander of the Order of the British Empire (KBE) pada tanggal 6 Juni 1953, anggota Order of New Zealand (ONZ) pada tahun 1987 dan lain-lain. (*)

Sejarah Pemanjatan

Sejarah Pendakian Gunung dan Panjat Tebing di Indonesia
Sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 m), dikawasan Vercors Massif. Tak jelas benar tujuan mereka, tetapi yang jelas, sampai beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan Alpen adalah para pemburu chamois, sejenis kambing gunung. Jadi mereka memanjat karena dipaksa oleh mata pencaharian, kurang lebih mirip para pengunduh sarang burung walet gua di tebing-tebing Kalimantan Timur atau Karang Bolong, Jawa Tengah.
(1492)
Yan Carstensz adalah orang Eropa pertama yang melihat “….. pegunungan yang sangat tinggi, di beberapa tempat tertutup salju !” di pedalaman Irian. Salju itu sangat dekat ke khatulistiwa. Laporannya tak dipercaya di Eropa, padahal belum lama berselang diberitakan ada juga salju di Pegunungan Andes dekat khatulistiwa.(1623)
Masih berkaitan dengan pekerjaan juga, pastor-pastor Jesuit merupakan orang-orang Eropa pertama yang melintasi Pegunungan Himalaya, tepatnya Mana Pass (pass = pelana/punggungan yang terentang antara dua puncak), dan Garhwal di India ke kawasan Tibet.(1624)
Profesor de Saussure agaknya begitu jatuh cinta pada Mont Blanc di perbatasan Perancis-Italia, sehingga dia menawarkan hadiah besar bagi siapa saja yang dapat menemukan lintasan ke puncaknya, untuk penyelidikan ilmiah yang diimpikannya. Sayang tak ada yang tertarik, terutama karena keder terhadap naga-naga yang konon mbaurekso di puncak gunung tertinggi di Eropa Barat itu.(1760)
Setelah beberapa percobaan gagal, Puncak Mont Blanc (4807 m) digapai manusia. Mereka adalah Dr.Michel-Gabriel Paccard dan seorang pandu gunung, Jacques Balmat. Puncak tertinggi di Alpen yang didaki sebelumnya adalah Lysjoch (4153 m), tahun 1778.(1786)
Alexander Gardiner melintasi Pelana Karakoram dari Sinkiang di Cina ke wilayah Kashmir di India.(1830)
Ahli-ahli ukur tanah di India berhasil menentukan ketinggian Puncak XV, 8840 meter. Berarti puncak tertinggi di dunia, mengalahkan Puncak VIII (Kangchenjunga, 8598 m) yang sebelumnya dianggap paling tinggi. Puncak XV itu lalu diberi nama Everest (padahal aslinya orang Nepal menyebutnya Sagarmatha, atau Chomolungma kata orang Tibet). Belakangan ketinggiannya dikoreksi, 8888 meter, lalu dikoreksi lagi menjadi 8848 meter, sampai sekarang.(1852)
Batu pertama Zaman Keemasan dunia pendakian di Alpen, diletakkan oleh Alfred Wills dalam pendakiannya ke Puncak Wetterhom (3708 m), cikal bakal pendakian gunung sebagai olah raga (1854). Alpine Club yang pertama berdiri, di Inggris (1857).
Ketinggian K2 (singkatan Karakoram nomer 2) terukur, 8610 meter, menggeser lagi kedudukan Kangchenjunga menjadi juara tiga(1858).
Dinding selatan Mont Blanc dipanjat untuk pertama kali lewat lintasan Old Brenva, menandai lahirnya panjat es (ice climbing). Sementara itu di Alpen bagian tengah, Edward Whymper dan enam rekannya berhasil menggapai Puncak Matterhorn (4474 m)di Swiss. Tetapi 4 anggota tim, yang saling terikat dalam satu tali, tewas dalam perjalanan turun, ketika salah seorang terpeleset jatuh dan menyeret yang lain. Musibah ini mengakhiri 11 tahun Zaman Keemasan. Tak urung lebih dari 180 puncak besar telah didaki dalam masa itu, sedikitnya satu kali, dan lebih dari setengahnya oleh orang-orang Inggris (
1865).
WA Coolidge mendaki Puncak Jungfrau dan Wetterhorn di musim dingin, sehingga digelari Bapak Winter Climbing. Pada tahun 1870-an ini muncul trend baru, pendakian tanpa pemandu, yang segera menjadi ukuran kebanggaan di antara pendaki(1874).

Regu yang dipimpin Clinton Dent berhasil memanjat Aiguille du Dru di Perancis, memicu trend baru lagi, yaitu pemanjatan tebing-tebing yang tak seberapa tinggi namun curam dan sulit.
1878
WW Graham menjadi orang Eropa pertama yang mengunjungi Pegunungan Himalaya dengan tujuan mendaki gunung sebagai olahraga dan petualangan. Dia mendaki beberapa puncak rendah di kawasan Nanda Devi dan Sikkim India, bahkan konon berhasil mencapai Puncak Changabang (6864 m).1883
Percobaan pertama mendaki gunung berketinggian di atas 8000 meter, Nanga Parbat (8125 m), oleh AF Mummery. Orang Inggris yang sering disebut Bapak Pendakian Gunung Modern ini hilang pada ketinggian sekitar 6000 meter.1895
Ekspedisi Belanda pembuat peta di Irian menemukan kebenaran laporan Yan Carstensz, yang dibuat hampir 3 abad sebelumnya. Maka namanya diabadikan di situ (1899). Percobaan pertama mendaki K2, oleh ekspedisi dari Inggris (1902).
Ekspedisi di bawah Tom Longstaff mendaki Trisul (7120 m), puncak 7000-an yang pertama. Longstaff adalah orang pertama yang mencoba penggunaan tabung oksigen dalam pendakian.1907
Ekspedisi Persatuan Ahli Burung dari Inggris (BPUE) memasuki rawa-rawa sebelah selatan kawasan Carstensz. Dalam 16 bulan mereka kehilangan 16 orang anggota mati dan 120 sakit.1909
Karabiner buat pertama kali dipakai dalam pendakian gunung, diperkenalkan oleh pemanjat-pemanjat dari Munich, Jerman Barat, diilhami oleh penggunaannya dalam pasukan pemadam kebakaran.1910
Eks anggota ekspedisi BPUE 1090, Dr.AFR Wallaston, kembali ke Irian bersama C.Bodden Kloss, dengan 224 kuli pengangkut barang dan serdadu. Tiga jiwa melayang.1912
George L.Mallory dkk. berhasil sampai di North Col Everest dalam perjalanan penjajagan mereka dari sisi Tibet.1921
Usaha pertama mendaki Everest berakhir pada ketinggian 8320 meter di punggungan timur laut.1922
Mallory dan Irvine yang kembali mencoba Everest, hilang pada ketinggian sekitar 8400 meter. Rekannya, Edward Norton, mencapai 8570 meter, rekor waktu itu, sendirian dan tanpa bantuan tabung oksigen.1924
Schmid bersaudara mencapai Puncak Matterhorn lewat dinding utara, sekaligus melahirkan demam North Wall Climbing. Peningkatan taraf hidup di Inggris dan Eropa daratan pada umumnya, menimbulkan perubahan pola penduduk kota melewatkan waktu luangnya, menyebabkan populernya panjat tebing.1931
Grivel memperkenalkan cakar es (crampoon) model 12 gigi, yang karena efektifnya tetap disukai hingga kini.1932
Comici dari Italia memanjat overhang dinding utara Cima Grande Lavredo di kawasan Dolomite, Alpen Timur, menandai aid climbing yang pertama. Sekitar tahun ini pula sol sepatu Vibram ditermukan oleh Vitale Bramini.1933
1936
Dr.A.H.Colijn, manajer umum perusahaan minyak Belanda dekat Sorong, dan geolog DrJ.J.Dozy, menemukan bijih tembaga di kawasan dinding timur Gletser Moriane, tak jauh dari kawasan Carstensz, Irian.
1937
Bill Murray mengubah tongkat pendaki yang panjang menjadi kapak es, menandai lahirnya panjat es modern.
1938
Dinding utara Eiger di Swiss akhirnya berhasil dipanjat, oleh tim gabungan Jerman Barat dan Austria, yang oleh Hitler diiming-imingi dengan medali emas olympiade. Dinding maut ini sebelumnya telah menelan cukup banyak korban, dan berlanjut hingga kini. .
1941
Ekspedisi Archbold ‘menemukan’ Lembah Baliem, kantung suku Dani dengan tingkat kebudayaan yang amat tinggi, di tengah belantara yang seolah tak berbatas dan tak tertembus. Irian kian jadi perhatian ilmuwan-ilmuwan dunia.
1949
Nepal membuka perbatasannya bagi orang luar.
1950
Tibet dicaplok Cina. Pendakian Himalaya dari sisi ini tak diperkenankan lagi. Maurice Herzog memimpin ekspedisi Perancis mendaki Annapurna (8091m), puncak 8000-an yang pertama, menandai awal 20 tahun Zaman Keemasan pendakian di Himalaya. Di Alpen, tali nilon mulai dipergunakan. Sebelumnya, tali serat tumbuhan hampir tak memiliki kelenturan, sehingga ada ‘hukum’ bahwa seorang leader tak boleh jatuh, sebab hampir pasti pinggangnya patah tersentak. Pakaian bulu angsa mulai membuat malam-malam di bivouac lebih nyaman.
1951
Don Whillan menemukan pasangannya, Joe Brown, duet pemanjat terkuat yang pemah dimiliki Inggris. Panjat bebas (free climbing) gaya Inggris menjadi tolok ukur dunia panjat tebing. Walter Bonatti dkk. menyelesaikan dinding timur Grand Capucin, awal aid climbing pada tebing yang masuk kategori big wall.
Bermula di Inggris, terjadi Revolusi Padas. Tebing batu gamping ternyata tak serapuh yang selama itu disangka. Tebing-tebing granit dan batuan beku lainnya mendapat saingan.
1952
Herman Buhl solo di dinding timur laut Piz Badile di Swiss, dalam waktu 4 1/2 jam. Inilah nenek moyang speed climbing. Rekor waktu pada rute tersebut, yang dibuat tahun 1937, 52 jam !
1953
Herman Buhl dkk. menggapai Puncak Nanga Parbat (8125 m), puncak 8000-an kedua yang didaki orang. Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay yang tergabung dalam suatu ekspedisi Inggris, menjadi manusia-manusia pertama yang berdiri di puncak atap dunia, Everest.
1954
Ekspedisi Inggris sukses di Kangchenjunga, ekspedisi Perancis sukses di Makalu (8463 m). Di Alpen, Don Whillan dan Joe Brown mencatat dinding Barat Aiguille du Dru dalam 2 hari, rekor lagi.
1955
Walter Bonatti solo pilar barat daya du Dru 6 hari.
1956
Ekspedisi Jepang berhasil mendaki Manaslu (8163 m). Jepang segera menjadi salah satu negara besar dalam dunia pendakian di Himalaya.

1957
Herman Buhl dan tim Austria mencapai Puncak Broad Peak (8047 m), sekaligus mematok pendakian pertama gunung 8000-an dengan alpine tactic.

1958
Lapangan terbang perintis dibuka pada beberapa lokasi di Irian, membangkitkan semangat para pendaki gunung untuk menjajal Carstensz, sang perawan salju di khatulistiwa.
1960
Claudio Barbier dari Belgia solo ketiga dinding utara di Tre Cima Laverdo dalam 1 hari. Pertama kali speed climbing menggunakan teknik gabungan free dan aid climbing.
Helm mulai sering digunakan para pemanjat tebing.
Harness menjadi wajib, menyusul kematian seorang pemanjat Inggris di Dolomite. Harness pertama yang diproduksi massal dan dijual untuk umum terbuat dari webbing, merek Tankey.
Tebing 48 Citatah mulai digunakan sebagai ajang latihan bagi pasukan Angkatan Darat kita.
1961
Ekspedisi dari Selandia Baru coba mendaki Carstensz Pyramide tapi mengalami kegagalan sebab keterlambatan dukungan logistik lewat jembatan udara.
1962
Puncak Cerstensz Pyramide akhirnya berhasil digapai oteh tim Heinrich Heiner. Juga Puncak Eidenburg didekatnya, oleh ekspedisi yang dipimpin oleh Phillip Temple.
Awal pemakaian baut tebing di Alpen; Tebing pantai mulai diminati. Pemanjat Amerika Serikat mulai bicara di Alpen, diawali Hemmings dan Robbins yang menciptakan lintasan super sulit di dinding barat du Dru.
1963
Tim gabungan Inggris-AS memanjat dinding selatan Aiguille du Fou, hardest technical climbing di Alpen waktu ilu, dengan teknik-teknik aid climbing gaya AS. Kode etik dalam panjat tebing mulai banyak diperdebatkan di rumah-rumah minum. Pemanjatan solo pertama Eiger Nordwand, oleh Michel Darbellay, dalam satu hari.
Bonatti dan Zapelli menyantap mix climbing (ice dan rock) tersulit di Alpen, dinding utara Grand Pilier d’Angle di Mont Blanc. Seorang ahli gletser yang baru kembali dari Antartika berusaha mendaratkan pesawat terbangnya di di Puncak Jaya, dekat Carstensz. Untung angin kencang mengurungkan niatnya, sebab salju tebal di sana terlalu lunak sebagai landas pacu. Tapi buntutnya, dua pesawat DC 3 kandas di lereng utara dan selatannya, pada ketinggian sekitar 4300 meter.
1964
Ekspedisi Cina berhasil mendaki Shisha Pangma (8046 m)di Tibet, satu-satunya puncak 8000-an yang terletak diluar Nepal dan Pakistan (Karakoram). Beberapa pendaki Jepang serta 3 orang ABRI, Fred Athaboe, Sudarto dan Sugirin, yang tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih, berhasil mencapai Puncak Carstensz (4884 m) di Irian. Dua perkumpulan pendaki gunung tertua lahir, Mapala Ul di Jakarta dan Wanadri di Bandung. Tahun ini dianggap awal sejarah pendakian gunung di Indonesia.
1965
Seratus tahun pendakian pertama Matterhorn diperingati dengan peliputan pendakian Hornli dkk. Oleh BBC/TV sampai ke puncak. Untuk pertama kalinya pendakian gunung maupun panjat tebing menjadi olahraga yang juga dapat ‘ditonton’ orang banyak.
Robbins dan John Harlin dri AS bikin lintasan lurus di dinding barat du Dru, mendemonstrasikan keunggulan pemanjat AS dalam pemanjatan panjang dan berat. Pemerintah Nepal menutup pendakian Himalaya di wilayahnya.
1967
Revolusi bagi para pemanjat es. Chouinnard memperkenalkan kapak es berujung lengkung, dan McInnes menawarkan jenis Terodactyl. Lahirnya sekrup es berbentuk pipa meningkatkan standar pemanjatan ice climbing.
Penggunaan tali kernmantle dipelopori oleh Inggris.
1968
Nafas segar bagi para pendaki, sejumlah lapangan terbang milik misi Katolik dibuka (Ji Irian. Tapi dasar sial, hampir bersamaan dengan itu Pemerintah Rl tidak lagi mengeluarkan izin pendakian di kawasan Carstensz.
1969
Reinhold Messner keluar dari pertapaannya di tebing-tebing Alpen Timur, meluruk ke barat, menyikat dinding es raksasa tes Drotes dalam waktu 81/2 jam solo, membuyarkan rekor sebelumnya, 3 hari.
Pemanjat-pemanjat Jepang mulai membanjiri pasaran di Alpen, antara lain bikin lintasan baru di Eiger.
Sensus yang dilakukan British Mountaineering Club (BMC) mengatakan, ada 45.000 pemanjat dan 500.000 walkers, di Inggris saja.
Nomer perdana majalah ‘Mountain’ beredar, menjadi media pendaki gunung dan pemanjat tebing pertama yang beredar luas dalam bahasa Inggris, sehingga banyak mempengaruhi perkembangan lewat perdebatan dan opini.
Pemerintah Nepal membuka kembali wilayahnya bagi pendakian Himalaya, dengan beberapa peraturan baru dan membatasi pendakian pada puncak-puncak yang terdaftar dalam permitted peaks saja. Agen-agen trekking komersial tumbuh dan berjibun seperti kutu yak, menggelitik kelompok-kelompok kecil dari luar ‘main-main’ di Himalaya dengan mudah dan murah.
Soe Hok Gie dan ldhan Lubis gugur di Gunung Semeru, terkena gas beracun.
1970
Dinding Selatan Annapurna dirambah tim Inggris, menggunting pita pembukaan era pendakian jalur-jalur sulit di gunung-gunung besar. Tingkat kesulitan lintasan menjadi lebih penting dari pada sekedar mencapai puncak. Ini tak lepas dari kian canggihnya perlengkapan panjat es, kecepatan pemanjatan meningkat drastis.
Di Alpen artificial climbing tambah populer dan kaya teknik. Kurang lebih tahun ini pula lahir cabang panjat dinding. Tebing buatan yang pertama dikenal orang kemungkinan besar didirikan di Universitas Leeds,Inggris. Perancangnya Don Robinson, yang kemudian juga merancang dinding panjat di Acker’s Trust, Birmingham, dinding panjat pertama yang diklaim mampu menampung segala pegangan, pljakan dan gerakan panjat tebing, sekaligus menawarkan bentuk sculpture yang artistik.
Sejalan dengan itu, bentuk-bentuk latihan terpisah dalam panjat tebing mulai menggema. Salah seorang pelopornya ialah Pete Livesey, pemanjat yang juga pecinta speleologi dan olahraga kano, serta punya dasar di atletik sebagai pelari. Pete tahu benar pentingnya latihan spesifik bagi jenis-jenis olahraga tersebut. Dan dia mencoba menerapkan prinsip yang sama pada panjat tebing. Pelan tapi pasti, panjat tebing mulai dipandang lebih sebagai kegiatan atletis, ketimbang sekedar ‘hura-hura di tebing’. Tak lagi memadai semboyan ‘best training for climber is climbing’, apalagi hanya dengan memupuk kejantanan lewat gelas-gelas bir, seperti yang selama & dianut.
1971
Kawasan Carstensz kembali dibuka untuk pendakian, segera diserbu oleh ekspedisi-ekspedisi dari Australia, Jerman, AS, bahkan Hongkong. Tahun ini pula Mapala UI berhasil mencapai Puncak Jaya, antara lain oleh Herman O. Lantang dan Rudy Badil, orang-orang sipil Indonesia pertama.
1972
Untuk pertama kalinya panjat dinding masuk dalam jadwal olimpiade, yaitu didemonstrasikan dalam Olympiade Munich.
1974
Pasangan Reinhold Messner dan Peter Habeler mendaki Hidden Peak (8068 m) di Karakoram, 3 hari dengan Alpine push, kemudian memecahkan rekor kecepatan Eiger, 10 jam.
1975
Ekspedisi dari Jepang menjadi tim wanita pertama yang menjejakkan Puncak Everest. Sementara itu Cina mengirimkan tim pertamanya, dari punggungan timur laut. Perlengkapan panjat es kian lengkap, lalu ramalan cuaca kian akurat dengan intervensi komputer. Akibatnya, seolah tak ada lagi pelosok Alpen yang terpencil.
Namun, bercak-bercak kapur magnesium mulai terasa merisihkan tebing-tebing di Inggris dan Eropa daratan, kebanyakan dituduhkan sebagai ulah pemanjat-pemanjat ‘hijau’, yang mengobral magnesium pada lintasan-lintasan yang seharusnya bisa dilampaui tanpa bubuk itu.
1976
Harry Suliztiarto tak sanggup lagi menahan obsesinya, dengan tali nilon dia mulai latihan panjat memanjat di Citatah, dan dibelay oleh pembantu rumahnya. Patok pertama panjat tebing modern di Indonesia.
1977
Skygers Amateur Rock Climbing Group didirikan di Bandung oleh Harry Suliztiaito, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu, Deddy Hikmat. Inilah awal tersebarnya kegiatan panjat tebing di Indonesia.
Ekspedisi Selandia Baru coba mendaki Everest tanpa bantuan sherpa. Mereka cuma sampai South Col, tapi mereka mereka seolah memukul gong yang gaungnya merantak ke mana-mana, ‘ekspedisi berdikari’. Yang pro mengganggapnya sebagai kejujuran yang wajib, yang kontra melecehkannya sebagai kesia-siaan yang konyol. Perdebatan tak selesai hingga kini.
1978
Messner & Habeler menggegerkan dunia kangouw Himalaya dengan pendakian Everest tanpa bantuan tabung oksigen. Tambah geger ketika Messner bersolo karier di Nanga PQrtied dalam waktu 12 hari. Pendakian solo ini oleh banyak pakar dianggap lebih penting daripada pendakian tanpa oksigennya.
Pemerintah Nepal menambahkan beberapa permitted peaks.
1979
Harry Suliztiarto memanjat atap Planetarium, Taman Ismail Marzuki.
1980
Tebing Parang untuk pertama kalinya oleh tim ITB, di bawah pimpinan Harry Sulisztiarto. Wanadri untuk pertamakalinya menyelenggarakan ekspedisi ke Carstensz di Pegunungan Jayawijaya. Skygers menyelenggarakan sekolah panjat tebing untuk pertama kalinya. Sampai kini belum ada lagi kelompok yang membuat pendidikan panjat tebing untuk umum seperti ini.
Pemerintah Nepal membuka kesempatan pendakian musim dingin, di samping musim semi dan musim gugur. Kian banyak kaki meratakan jalan-jalan setapak dipelbagai pelosok Himalaya, kikan tinggi sampah menumpuk di sana-sini. Sebagai gantinya, konon mata uang asing makin deras mengalir ke sana. Tapi siapa yang tambah kaya?
1981
Dua ekspedisi Indonesia sekaligus di dinding Selatan Carstensz, Mapala Ul dan ITB. Salah seorang anggota tim Mapala Ul, Hartono Basuki, gugur di sini. Jayagiri dari Bandung mengirimkan Danardana mengikuti sekolah pendaki gunung di Glenmore Lodge, Skotlandia, dilanjutkan pendakian Matterhorn di Swiss.
1982
Jayagiri kembali mengirimkan orang, Irwanto, ke sekolah pendakian di ISM, Swiss, dilanjulkan ekspedisi 4 orang ke Mont Blanc di Perancis, dan Matterhorn serta Monte Rosa di Swiss.
Ahmad dari kelompok Gideon Bandung tewas terjatuh di Tebing 48 Citatah, korban pertama panjat tebing di Indonesia.
1984
UGM (Mapagama) mengirimkan Tim Ekspedisi Gajah Mada ke Irian Jaya. Tim panjatnya berhasil mencapai puncak Carstensz Pyramide melalui jalur normal.
Tebing Lingga di Trenggalek, Jawa Timur, serta tebing pantai Uluwatu di Bali, berhasil dipanjat oleh kelompok Skygers bersama GAP (Gabungan Anak Petualang) dari Surabaya.
1985
Tebing Serelo di Lahat, Sumatra Selatan, berhasil dipanjat oleh tim yang menamakan dirinya Ekspedisi Anak Nakal. Ekspedisi Mapala Ul gagal mencapai Puncak Chulu West (6584 m) di Himalaya, Nepal. Ekspedisi Jayagiri gagal memanjat Eiger Nordwand.
1986
Kelompok gabungan Exclusive berhasil memanjat Tebing Bambapuang di selatan Toraja, Sulawesi Selatan.
Ketompok UKL (Unit Kenal Lingkungan) Univeritas Pajajaran Bandung memanjat tebing Gunung Lanang di Jawa Timur.
Pemanjat-pemanjat Jayagiri Bandung merampungkan Dinding Ponot di air terjun Sigura-gura, Sumatera Utara.
Ekspedisi Jayagiri mengulang pemanjatan Eiger, berthasil, menciptakan lintasan baru. Mapala Ul mengirimkan ekspedisi ke Puncak Kilimanjaro (5895 m) di Afrika antara lain Don Hasman (Wartawan Mutiara).
Kompetisi panjat tebing pertama di dunia diselenggarakan di Uni Soviet, di tebing alam, dan sempat ditayangkan juga oteh TVRI.
1987
Empat Anggota Ekspedisi Aranyacala Universitas Trisakti tewas diserang Gerombolan Pengacau Irian dalam perjalanan menuju Jayawaijaya.
Ekspedisi Wanadri menyelesaikan pemanjatan Tebing Batu Unta di Kalimantan Barat. Kelompok Trupala memanjat tebing Bukit Gajah di Jawa Tengah. Sepikul di Jawa Timur disantap Skygers.
Beberapa ekspedisi dan pendaki Indonesia dikirimkan keluar negeri. Mapala Ul ke Puncak Chimborazo (6267 m)dan Cayambe (gagal) di Pegunungan Andes, Amerika Selatan.
Ekspedisi Wanita Indonesia Mendaki Himalaya ke lmja Tse, Himalaya, hampir bersamaan dengan dua anggota Ekspedisi Jayagiri Saddle Marathon yang sedianya berambisi memanggul sepeda ke puncak namun terhadang birokrasi Nepal. Di Afrika, ekspedisi sepeda ini berhasil mencapal puncak tertingginya, Kilimanjaro (5895 m) dan Mount Kenya (5199 m, tanpa sepeda).
Ekspedisi Wanadri gagal mencapai Puncak Vasuki Parbat (6792 m) di Garhwal Himalaya, India.
Lomba panjat tebing pertama di Indonesia dilaksanakan di tebing pantai Jimbaran di Ball.
1988
Dinding panjat buat pertama kali diperkenalkan di Indonesia, dibawa oleh 4 atlet pemanjat Prancis yang diundang atas kerjasama Kantor Menpora dengan Kedubes Perancis di Jakarta. Mereka juga sempat memberikan ilmu lewat kursus singkat kepada pemanjat-pemanjat kita. Bersamaan, lahir Federasi Panjat Gunung & Tebing Indonesia, diketuai Harry Suliztiarto.
Untuk pertama kalinya disusun rangkaian kejuaraan untuk memperebutkan Piala Dunia Panjat Dinding yang direstui dan diawasi langsung oleh UIAA (badan Internasional yang membawahi federasi-federasi panjat tebing dan pendaki gunung), diawali dengan kejuaraan di Snowbird, Utah, AS.
Ekspedisi panjat tebing pertama yang dilakukan sepenuhnya oleh wanita, Ekspedisi Putri Parang Aranyacala, Tower III. Sedangkan kelompok putranya memanjat Tebing Gunung Kembar di Citeureup, Bogor.
Ekspedisi UKL Unpad Bandung di Batu Unta, Kalbar, kehilangan satu anggotanya, Yanto Martogi Sitanggang jatuh bebas. Speed climbing pertama di Indonesia dilakukan oleh Sandy & Jati, di dinding utara Parang, 3 jam. Sekaligus merupakan pemanjatan big wall pertama tanpa menggunakan alat pengaman sama sekali, keduanya hanya dihubungkan dengan tali.
Lomba panjat ‘tebing buatan’ pertama dilakukan di Bandung, mengambil dinding gardu listrik.
Ekspedisi Wanadri berhasil menempatkan 3 pendakinya di Puncak Pumori (7145 m) di Himalaya, Nepal, disusul pasangan Hendricus Mutter dan Vera dari Jayagiri mendaki Imja Tse (6189 m), tanpa bantuan sherpa.
Lalu di Alpen, Ekspedisi Jayagiri Speed Climbing gagal memenuhi target waktu 2 hari pemanjatan dinding utara Eiger, mulur menjadi 5 hari. Sedangkan ekspedisi dari Pataga Jakarta berhasil menciptakan lintasan baru di dinding yang sama.
Di Yosemite, AS, Sandy Febyanto dan Jati Pranoto dari Jayagiri memanjat Tebing Half Dome (gagal memecahkan retor John Bachar & Peter Croft 4,5 jam) dan Tebing El Capitan (gagal memecahkan rekor 10,5 jam).
1989
Awal tahun dunia panjat tebing Indonesia merunduk dilanda musibah, gugurnya salah satu pemanjat terbaik Indonesia, Sandy Febyanto, jatuh di Tebing Pawon, Citatah. Tapi tak lama, semangat almarhum seolah justru menyebar ke segala penjuru, memacu pencetakan prestasi panjat tebing di Bumi Pertiwi ini.
Tim Panjat Tebing Yogyakrta/TPTY melakukan ekspedisi ke Dinding Utara Carstensz tetapi gagal mencapai puncak secara direct, namun jalur normal Carstensz berhasil dipanjat sebelumnya.
Kembali kawasan Citeureup dirambah anak Aranyacala, kali ini Tebing Rungking.
Arek-arek Young Pioneer dari Malang memanjat tebing Gajah Mungkur di seputaran dalam kawah Gunung Kelud. Kemudian tim Jayagiri dalam persiapannya ke Lhotse Shar di Nepal, mematok target memanjati semua pucuk-pucuk tebing sekeliling kawah Kelud tadi, tapi tak berhasil. Ekspedisi Lhotse Shar itu sendiri batal berangkat.
Tebing Uluwatu dipanjat ekspedisi putri yang kedua, dari Mahitala Unpar.
Kelompok MEGA Universitas Terumanegara melakukan Ekspedisi Marathon Panjat Tebing, beruntun di tebing-tebing Citatah, Parang, Gajah Mungkur, dan berakhir di Uluwatu, dalam waktu hampir sebulan, marathon panjat tebing pertama di Indonesia. Ekspedisi Putri Lipstick Aranyacala dia Bambapuang, tapi musibah menimpa sebelum puncak tergapai. Ali Irfan Batubara, fotografer tim, tewas tergelincir dari ketinggian.
Tahun ini tercatat tak kurang dari sepuluh kejuaraan panjat dinding diselenggarakan di Indonesia. Beberapa yang besar antara lain di Universitas Parahyangan Bandung, Universitas Trisakti Jakarta, ISTN Jakarta, di Markas Kopassus Grup I Serang, dua kali oleh Trupala SMA-6 (di Balai Sidang dan Ancol), lalu SMA 70 Bulungan Jakarta, kelompok KAPA FT Ul, Geologi ITB.
Mapala Ul bikin 2 ekspedisi, Mount Cook (3764 m) di Selandia Baru dan Puncak McKinley (6149 m) di Alaska. Empat anggota Wanadri mengikuti kursus pendakian gunung es di Rainier Mountaineering Institute di AS, dilanjutkan dengan bergabung dengan ekspedisi AS ke Kangchenjunga di Himalaya.
Di Alpen, Ekspedisi Wanita Alpen Indonesia berhasil pula merampungkan misinya, mendaki 5 puncak tertinggi di 5 negara Eropa, Mont Blanc (4807m, Perancis), Grand Paradiso (4601 m, Italia), Marts Rosa (4634 m, Swiss), Grossgiockner (3978 m, Austria) dan Zugsptee (2964 m, Jerman Barat).
Akhir tahun ini ditutup dengan gebrakan Budi Cahyono melakukan pemanjatan solo di Tower III Tebing Parang. Artificial solo climbing pada big wall yang pertama di Indonesia.
1991
Aryati menjadi wanita Asia pertama yang berhasil menjejakkan kakinya di Puncak Annapurna IV, Himalaya, pada Ekspedisi Annapurna Putri Patria Indonesia.
Tim Srikandi Tim Panjat Tebing Yogyakarta (6 orang) membuat jalur di Bukit Tanggul, Tulung Agung, Jawa Timur.
1992
Dunia petualangan Indonesia kembali berduka karena kehilangan dua orang terbaiknya, Norman Edwin dan Didiek Syamsu, anggota Mapala UI tewas di terjang badai di Gunung Aconcagua, Argentina.
Ekspedisi Pemanjat Putri Indonesia menjejakkan kakinya di Puncak Tebing Cima Ovest, Tre Cime, Italia.
Ekspedisi Putri Khatulistiwa Tim Panjat Tebing Yogyakarta memanjat dinding utara Bukit Kelam, Sintang, Kalimantan Barat.
1996
Clara Sumarwati membuat kontroversi dalam pendakiannya di Everest, puncak tertinggi di Pegunungan Himalaya pada tanggal 26 September 1996. Banyak pihak di Indonesia yang meragukan bahwa kedua kakinya telah menjejak puncak tertinggi di dunia itu. Tetapi berdasarkan data dari Adventure Stats.com pada bulan Januari 2002 nama Clara Sumarwati telah tercatat sebagai pendaki Everest ke 836.
1997
Pratu Asmujiono menyusul Clara menjejakkan kakinya di Puncak Everest pada tanggal 26 April. Menurut catatan Adventure Stats.com, ia merupakan orang yang ke 851. Asmujiono berangkat bersama tim Ekpedisi Everest Indonesia yang merupakan gabungan anggota Kopassus dan pendaki sipil lainnya.

sumber :http://catros.wordpress.com

Bamboo Rafting, Sensasi Petualangan di Kalimantan

Thursday, May 13, 2004 (14:36:27)
RIAK air Sungai Amandit, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, yang terlihat bening menyejukkan itu dengan garang mengempaskan lanting yang ditumpangi empat orang. Ikatan lanting yang sedemikian kokohnya itu tercerai-berai, terempas ke cadas bebatuan hitam.

Grubyak...," lanting yang merupakan jalinan bambu yang dibentuk
menjadi rakit itu pecah, membuat semua penumpangnya basah kuyup.
Padahal, ikatan antarlanting itu sudah menggunakan tali khusus yang
dikenal kuat dan tahan empasan, yaitu dari paring tali, sejenis bambu
yang khusus untuk tali-temali.

Ketika para penumpang masih panik, di depan ternyata masih banyak riam yang kembali siap mengempaskan lanting tadi. "Semuanya pegangan, ya," kata Adut, joki yang mengemudikan rakit lanting.

Walaupun Adut sudah memberikan peringatan, tetap saja para penumpang panik. Lanting yang sudah ambyar itu terus dihajar tajamnya cadas batu hitam. Adut berjuang keras untuk mengarahkan lanting agar tidak membentur batu.

Beberapa kali dia harus turun untuk menarik lanting yang tersangkut di batu. Semua otot lengan Adut keluar, pertanda dia benar-benar mengerahkan seluruh tenaga untuk mengendalikan lanting.

Semua penumpang tidak berani turun dari lanting mengingat derasnya arus riam sulit ditebak. Di tengah kepanikan itu yang terdengar adalah jeritan-jeritan rutin ketika mengarungi jeram-jeram deras.

"Lega kami berhasil melewatinya. Jeram tadi sudah sering memakan korban, beberapa kali mematahkan lanting akibat menabrak batu yang tidak tampak. Walaupun lanting disusun dari 20 batang bambu, tetapi sering patah jadi dua karena dihajar jeram tadi," kata Adut.

Untuk bisa melewati jeram maut itu, Adut sudah tiga kali memperbaiki ulang lanting. Perbaikan kedua benar-benar seperti kembali merakit lanting dari nol, karena ikatan antarbambu benar benar habis setelah dihajar arus jeram.

***

SEPENGGAL petualangan tadi melukiskan berat dan sekaligus asyiknya mengarungi jeram-jeram di Sungai Amandit dengan menggunakan lanting bambu. Masyarakat Kalsel dan juga para wisatawan mengenal wisata olahraga tersebut dengan sebutan bamboo rafting, arung jeram menggunakan bambu.

Dibandingkan dengan arung jeram menggunakan perahu biasa, jelas
bamboo rafting menawarkan petualangan yang lebih natural, bahkan lebih menantang. Kelebihan bamboo rafting adalah rakit itu mampu melewati jeram dengan kedalaman air hanya sekitar satu telunjuk jari saja.

"Di sini tidak cocok untuk arung jeram dengan perahu boat yang khusus untuk arung jeram," kata Adut. Dia menjamin, bamboo rafting lebih menantang karena semua penumpang harus berbasah-basah ria hingga merasakan bagaimana mempertahankan agar lanting bisa utuh sampai tujuan.

Perjalanan bamboo rafting bisa dimulai dari Loksado, sekitar 130 kilometer dari Kota Banjarmasin. Di tepian Sungai Amandit itu banyak warga yang menawarkan bamboo rafting dengan tarif Rp 100.000 (paket lanting bersama jokinya).

Lama perjalanan lanting normalnya tiga jam, namun karena bamboo rafting yang ditumpangi Kompas harus mengalami perbaikan sampai tiga kali, lama perjalanan mencapai empat jam lebih. Walaupun lama, wisata petualangan itu dijamin tidak akan menjemukan.

"Kami banyak melewati balai-balai Dayak Meratus yang hidup di tepi sungai," kata Ancuk, pemandu wisata pedalaman. Selain itu, pemandangan alam juga menakjubkan, terutama ketika mulai memasuki kawasan Gunung Kantawan yang merupakan simbol gunung keramat di Loksado.

"Bahkan, kalau kami mau meneruskan sampai ke Kandangan, pemandangan sangat indah. Kami berarung jeram di bawah lereng bukit yang terlihat tinggi menjulang," kata Ancuk.

Walaupun bamboo rafting menawarkan petualangan yang tidak ada duanya di Indonesia, peminatnya kini mulai jarang, terutama setelah jalur wisata dari Bali ke Kalsel tersendat beberapa tahun ini. Lupakan semua kejenuhan kota, mari menjerit sepuasnya sambil berbasah-basah ria di Sungai Amandit.... (AMIR SODIKIN, KOMPAS - Sabtu, 24 Apr 2004 Halaman: 32)


Tema terkait: borneo, borneo photo, info borneo, travel borneo, travel kalimantan, travel guide, hotels borneo, borneo tourism, borneo holiday, journalism.

Rabu, 24 September 2008

Fotografer

Artikel


Fotografi Digital, Membantu Memberantas Pengangguran ?

Oleh: Donny Verdian fotografer pilihan editor(18980) Bagian ke-1 dari 1

Kategori: Lain-lain

Sadar nggak sadar, suka nggak suka, teknologi fotografi digital bisa dibilang telah ikut membantu mencetak banyak fotografer baru! Saya amat-amati sejak booming awal dekade 2000 an ini, yang namanya fotografer yang semula bukan berprofesi sebagai juru jepret mulai bermunculan.

Beberapa teman lama, dalam tempo setidaknya empat tahun ini sering memberiku kartu nama pribadinya. Dengan senyum khas mereka masing-masing, diserahkannya kartu dengan design yang mutakhir, "Nih Don! Kartu namaku!" Saya pun kaget dengan title yang ada menyertai namanya "Digital Photograper" atau Digital Imager" Wew! Saya pun manggut-manggut, setidaknya teman-teman saya yang dulu itu bekerja sebagai penjaga warnet, mahasiswa yang malas kuliah serta tukang kongkow di warung 24 jam muka rumah itu telah "mentas" telah memiliki pekerjaan sebagai fotografer lengkap dengan backpack-backpack besar mereka yang sepertinya berisi alat-alat perang D-SLR dengan beberapa lensa pendukungnya.

Lantas kenapa bisa demikian? Menurut saya, fotografi digital memicu lahirnya fotografer-fotografer baru karena sifatnya yang praktis. Bayangkan, untuk mengetahui hasil jepretan Anda tidak perlu pergi ke photo lab lalu menunggu beberapa jam untuk cuci dan cetak di sana seperti yang terjadi pada kamera analog. Semuanya serba instan, jepret... lalu beberapa detik berikutnya hasilnya sudah bisa dilihat di backscreen kamera.

Belum lagi soal begitu banyaknya hasil pemotretan yang gagal total karena sebab-sebab yang tak begitu disangka seperti misalnya rol film yang tidak mau menggulung, membuka tutup belakang kamera ketika film belum total tergulung yang mengakibatkan film terkena sinar dari luar lalu terbakar, atau kesalahan teknis-teknis yang sifatnya mendasar seperti salah hitung diafragma dan speed, misalnya.

Wah, kalau sudah begini, persoalan memotret sudah masuk ke ranah betapa pentingnya momen serta waktu. Maksudku, kalau untuk pemotretan model jelas lebih gampang, tinggal kontak si model untuk reschedule pemotretan ulang di waktu yang akan datang, habis perkara. Tapi bagaimana kalau hasil pemotretan untuk sebuah acara sunatan anak tercinta rusak karena kesalahan-kesalahan seperti kutulis di atas? Kan ya jelas ndak mungkin tho kalau anak kita lalu disunat lagi :)

Soal biaya juga menjadi soal kenapa teknologi analog banyak ditinggalkan dan membuat orang banyak belajar fotografi pada era digital. Saya ingat betul banyak teman fotografer analog dulu menggerutu karena begitu borosnya membeli rol-rolan film. Bayangkan, untuk satu rol film berisi 36 shot harganya mencapai sekitar 16 ribuan. Itu diluar ongkos cuci cetak yang semakin hari harganya pasti semakin melambung mengingat harga kertas, BBM serta efisiensi kerja yang semakin mahal harganya itu. Belum lagi kalau kita butuh memotret menggunakan slide yang memang memiliki kekayaan warna lebih menonjol itu, tak kurang dari 36 ribu kita keluarkan untuk membeli rol slide negatifnya. Dari satu rol film yang harganya 16 ribuan tadi, masih kata teman saya yang fotografer dulu itu, praktis ia butuh setidaknya 5 - 6 shot untuk melakukan bracketing (uji coba untuk mendapatkan hasil terbaik) terhadap satu obyek. Jadi dengan kata lain, dalam satu rol film, maksimal hanya akan ada 6 - 7 obyek yang sama, bukan?

Sementara para fotografer digital, keadaan adalah sebaliknya. untuk memotret, praktis mereka hanya butuh media penyimpan seperti MMC dan SD Card yang harganya kian hari kian mur-mer itu. Untuk satu sesi pemotretan pre wedding misalnya, teman saya yang lain yang adalah fotografer digital itu praktis hanya perlu membawa dua keping SD Card berukuran 1GB serta sebuah laptop. Dan kata kunci yang pada akhirnya memenangkan fotografi digital ketimbang fotografi analog, dari sisi media perekam adalah adanya sifat reusable, bahwa satu keping SD Card itu bisa dipakai berulang-ulang kali untuk menyimpan gambar-gambar yang baru.

Dari efek-efek itu lah pada akhirnya membuat manusia-manusia fotografi digital baru bisa memiliki improvisasi yang luar biasa dalam hal memotret. Manusia bisa karena biasa, atau dengan kata lain manusia bisa karena belajar. Fotografi digital, disukai ataupun tidak memberi arti lebih pada kata "belajar" itu sendiri. Ia membuat para fotografer belia tidak takut-takut lagi untuk jeprat-jepret ke sana ke sini untuk mendapatkan hasil yang paling bagus. Selama masih ada ruang di kartu media perekam seperti MMC dan SD Card ya santai saja.

Paling-paling penetrasi pembiayaan tinggal pada pengadaan lensa yang memang harus diakui masih mahal. Tapi, ah, kalau mau yang pas-pasan ya bisa juga pakai kit lens atau beli satu yang punya vocal length yang jauh seperti misalnya jenis lensa 18 - 200. Selebihnya? Biar Photoshop yang berbicara!

Itu baru soal fotonya, soal jeprat-jepretnya. Dukungan dunia digital dalam hal penyediaan media pamer (galeri foto) pun juga memberikan arti yang maksimal bagi para fotografer di ranah digital.

Coba ingat dan bayangkan, bagaimana mahalnya seorang fotografer kalau ia harus mengadakan pameran foto di gedung-gedung yang representatif. Ia harus membayar sewa gedung, kurator, pengadaan properti seperti frame, rak dan tetek bengeknya belum lagi soal konsumsi untuk pengunjung. Wew, bisa jutaan itu! Teman lama yang dari tadi saya ceritakan di sini itu pun berujar bahwa pada masanya dulu, pameran adalah hal yang paling berat tapi mutlak untuk dilakukan. Untuk itu ia terpaksa harus patungan dengan teman-temannya sesama fotografer untuk menalangi biaya pameran.

Tapi lihat sekarang! Internet dengan kekuatan konsep web 2.0 yang begitu menggejala sedikit banyak telah memberikan nafas lega bagi mereka, fotografer itu. Mereka tak perlu lagi sewa tempat serta ngurus tetek bengeknya. Cukup daftar di situs-situs jejaring sosial yang bergerak secara khusus di bidang fotografi, atau bisa pula sewa hosting dan suruh orang untuk bikin website dengan biaya dibawah hitungan lima juta rupiah, maka fotografer-fotografer itu bisa pamer hasil karyanya secara permanen. Nggak peduli ada atau tidak orang yang mau lihat dan datang, pokoknya tinggal pamer. Kalau bosan atau karena laporan statistik menyebutkan bahwa foto tersebut kurang diminati, ya tinggal dihapus tho! Habis perkara!

Itulah dunia digital! Dunia yang secara teknis sebenarnya hanya dirangkai dari dua angka biner, 0 dan 1, namun keberadaannya telah begitu banyak membius kita. Tinggal bagaimana kita menanggapi pembiusan itu sendiri. Mau terlena atau justru membuat kita semakin sadar bahwa digitalisasi itu datang menawarkan satu perubahan yang positif bagi kehidupan kita.

Senin, 22 September 2008

Dari Federasi Mountaineering Indonesia

INDONESIA SUPERVOLCANO MOUNTAINEERING CHALLENGE

Indonesia Supervolcano Mountaineering Challenge 2008 (ISVMC) sudah di launching oleh Federasi Mountaineering Indonesia (FMI) pada 11 September 2008 bertempat di Auditorium Museum Nasional, Jakarta. Pada kesempatan itu, dua departemen, yaitu Departemen Kebudayaan Pariwisata dan Kementerian Pemuda dan Olah Raga, sudah menyatakan kesediaannya mendukung penyelenggaraan ISVMC untuk diadakan setiap tahun, dan diharapkan ISVMC pada tahun depan sudah berskala internasional. Agar event ISVMC mendunia maka Yayasan Putri Indonesia telah bersedia terlibat melalui setiap kegiatan Putri Indonesia keliling dunia dan menjadi ikon ISVMC dan kegiatan mountaineering Indonesia.

Event ISVMC akan dijadikan agenda tahunan pemerintah khususnya Depbudpar dan Kemenpora bekerjasama dengan Federasi Mountaineering Indonesia (FMI) untuk mendorong ekowisata yang berbasis mountaineering dan olah raga mendaki gunung di Indonesia.

ISVMC 2008 kali ini akan diadakan di kawasan Gunung Tambora dan Gunung Rinjani pada 14 sampai dengan 28 Oktober 2008, yang khusus untuk para pendaki gunung nasional dengan hadiah total 70 juta rupiah. Peserta akan dibatasi 100 tim (setiap tim 3 orang) dan gratis biaya pendaftaran (tanpa dipungut biaya). Semua peserta akan mendapat asuransi, transportasi dan konsumsi yang ditanggung panitia selama berada di Nusa Tenggara Barat.

Formulir dan syarat peserta dapat diakses di http://www.fmi. or.id

Upacara Adat Badewa






Upacara adat BADEWA (Masy. Dayak Bakumpai), Kalimantan Tengah.
"Menjaga kebun dari gangguan-gangguan alam"

Minggu, 21 September 2008

Kearifan budaya lokal, yang tak pernah pupus di zaman modern.
Suku Dayak di Kalimantan tengah.

Sebuah Petikan Gunung.


Potensi Gunung Api Indonesia Bisa Jadi Tujuan Wisata



Kamis, 11 September 2008 |
20:26 WIB

JAKARTA, KAMIS -- Kawasan gunung api di Indonesia yang relatif banyak, bisa dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata minat khusus. Jika dikelola dengan baik tidak hanya wisatawan lokal yang berminat, tetapi juga wisatawan mancanegara. Sejauh ini wisatawan nusantara yang berkunjung ke kawasan gunung api per tahun sekitar 5.000 orang dan 4.000 orang wisatawan asing.

Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, Firmansyah Rahim, mengatakan hal itu pada peluncuran Indonesian Supervolcano Mountaineering Challenge 2008, Kamis (11/9) di Jakarta. "Keberadaan gunung api di Indonesia sangat potensial dikembangkan sebagai tujuan wisata minat khusus," ujarnya.

Menurut data, ada sekitar 240 gunung api di Indonesia atau 13 persen dari jumlah gunung api di dunia. Dari jumlah sebanyak itu, 70 gunung di antaranya merupakan gunung api aktif, karenanya Indonesia dikenal sebagai negara vulkanik atau negara yang bercincinkan api.

Firmansyah Rahim menegaskan, pihaknya sangat mendukung kegiatan Indonesian Supervolcano Kountaineering Challenge 2008 di Gunung Tambora dan Gunung Rinjani, yang digelar Federasi Mountaineering Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi NTB, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, Dompu, dan Pemerintah Kabupaten Bima, serta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 14-28 Oktober mendatang. "Persiapannya harus matang dan pelaksanaannya harus berjalan baik. Jangan sampai menimbulkan masalah di kemudian hari," katanya mengingatkan.

Ketua Pelaksana J Alexander mengatakan, kegiatan Indonesian Supervolcano Mountaineering Challenge 2008 adalah kegiatan ekowisata berbasis mountaineering di kawasan pegunungan, melalui lomba mendaki gunung tingkat nasional, berhadiah total uang Rp70 juta. " Dengan memperhitungkan potensi dan keunikan masing-masing, gunung di Indonesia merupakan daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk kegiatan pariwisata, olahraga, rekreasi dan petualangan, ujarnya. Supervolcana dapat dijadikan ikon promosi pariwisata Indonesia," tandasnya.

Kegiatan ini, kata Alexander, dapat dijadikan pendekatan bagi sektor pariwisata untuk menjaring wisatawan nusantara dan mancanegara, sekaligus sebagai media untuk memperkenalkan alam dan budaya Indonesia. Dari sisi konservasi akan bermanfaat dalam mewujudkan konservasi kawasan secara berkelanjutan.




Sabtu, 20 September 2008

Gerakan Kontemporer !

Before sunset (Sembuluh Lake)
Transportasi Sungai (Jukung)
Blue sky in Mentaya River (Sampit_Kal-Teng)
Berburu demi bertahan hidup.
Menjadi buruh di tanah sendiri, Feodal Oiii......(SAWIT)

Selasa, 09 September 2008

Rinduku

Romantis dikit donk !
jangan so kuat kalo cuman akting.


okley !

Alamku

Pegunungan yang biru, perawan, eksotik, lembut dan sering berbuat kasar bagi yang tidak menghargai alam !

Bravo !