#Terima Kasih Atas Kunjungan Anda di Blog Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam LALIMPALA Univ. Tadulako Palu Sulawesi Tengah-Indonesia# Selamatkan Bumi Indonesia hari ini dan mulai dari lingkungan kita sendiri#Save Our Earth

Sabtu, 04 Februari 2012

Kawasan Pariwisata Dan Petualangan Terpendam di Jantung Borneo

Kawasan Hulu-hulu sungai dikalimantan tengah, secara umum memiliki kekayaan alam dan karakteristik yang hampir sama. baik dilihat dari topografi, ekologi, maupun potensi-potensi lainnya terutama sumber daya alam. akan tetapi belum banyak yang melakukan aktifitas untuk membangun dan memprioritaskan kawasan tersebut untuk dijadikan daerah tujuan wisata, penelitian dan petualangan. walaupun pemerintah daerah setempat sudah memiliki planing untuk pengembangannya, namun hal ini belum menjadi acuan bagi para penggiat alam bebas dan peneliti. Hal ini disebabkan oleh minimnya data/informasi serta tingginya biaya transportasi.
Ketika penulis berada disalah satu hulu sungai dijantung kalimantan, tepatnya daerah aliran sungai (DAS) Miri (anak sungai kahayan, salah satu sungai besar dikalimantan) yang berada di kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah. kawasan ini masih memiliki potensi-potensi yang luar biasa untuk dieksplorasi khususnya bagi dunia pecinta alam dan penelitian karena kawasan ini kaya akan kearifan lokal, flora fauna endemik kalimantan dan sangat menantang bagi penggiat alam bebas.

Ada beberapa nama lokasi yang menarik dikawasan ini, khususnya bagi penggiat alam bebas. lokasi atau daerah tersebut antara lain :

1. Puruk Sandukui atau Bukit Telunjuk
kawasan bukit yang terbentuk dari batuan andesit berwarna kehitam-hitaman yang berbentuk telunjuk sehingga pada
mumnya banyak yang mengenalnya dengan sebutan Bukit Telunjuk.menurut kearifan lokal, kawasan ini merupakan kawasan adat dan memiliki nilai history (budaya) yang sampai saat ini masih dijalankan oleh masyarakatnya (suku dayak). bagi penggiat alam bebas khususnya panjat tebing (Rock Climbing),lokasi ini sangat cocok untuk aktifitas buka jalur panjat karena ketinggian tebingnya sekitar 250 meter dan sampai saat ini belum ada yang berhasil mencapai puncaknya. jarak lokasi dengan desa terakhir (Tumbang Masukih) sekitar 10km, informasinya salah satu organisasi Pecinta Alam MAPALA COMODO fakultas ekonomi Univ. Palangkaraya propinsi kalimantan tengah, sekitar awal 2000-an pernah melakukan ekspedisi panjat tebing didaerah ini. Karena minimnya perlatan panjat sehingga belum berhasil membuat jalur panjat ditebing ini.

2. Sungai Miri
Daerah Aliran Sungai ini sangat cocok untuk aktifitas arung jeram atau rafting dengan panorama alam yang masih terjaga kelestariannya. masyarakat lokal khususnya masyarakat dayak, menjadikan sungai ini sebagai salah satu jalur transportasi utama menuju lokasi ladang, berburu dan kedesa-desa sekitarnya dengan alat transportasi yang digunakan bernama jukung(perahu tradisional) dengan bantuan mesin. lokasi daerah aliran sungai yang bisa dijadikan titik star bagi aktifitas arung jeram berada sekitar 15 km dari desa terakhir (desa Harowu) dan diperkirakan jalur pengarungan sekitar 50 km dengan waktu tempuh selama 5 hari atau 10 km/hari. sungai ini apabila dilihat dari tingkat kesulitannya (Grid)diperkirakan antara 2-4.

Photo : Puruk Sandukui/Bukit telunjuk, tampak dari atas


Photo : Pengarungan dengan perahu/Jukung di Salah satu Jeram sungai Miri


Photo : kearifan tradisional yang masih lestari, menangkap ikan dengan peralatan seadanya

ini hanya sedikit dan sekilas informasi yang mungkin dapat menarik perhatian para pihak yang mungkin aktifitasnya bersentuhan dengan pengelolaan dan pemanfaatan kawasan tersebut, misalnya pemerintah setempat, peneliti, wisatawan dan penggiat alam bebas. sehingga kawasan tersebut dapat dimanfaatkan secara adil, baertanggung jawab, berwawasan lingkungan, berkelanjutan dan tetap lestari serta bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. karena informasinya, kawasan ini telah menarik perhatian investordalam dan luar negeri seperti perkebunan kelapa sawit, hak pengelolaan hutan (HPH) dan tambang (emas dan batu bara). Sampai hari ini masih terbukti sebagai perusak lingkungan No 1, penghancur kelangsungan hidup flora fauna endemik serta penyebab konflik-konflik sosial dan ekonomi dinegeri ini. (HS)